Panduan Aplikasi Pemberian Pupuk pada tanaman
Salah satu hal yang penting dalam proses pemupukan adalah cara pemberian pupuk yang benar.
Dengan cara yang benar, pemberian pupuk memberikan hasil nyata karena pupuk dapat terserap baik oleh tanaman, dengan demikian pemanfaatan unsur hara yang terkandung dalam pupuk dapat dimaksimalkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri. Kesalahan dalam cara pemberian pupuk akan mengurangi efisiensi dan efektifitas pupuk, sehingga akan timbul kerugian dari sisi waktu dan biaya, serta manfaat pupuk yang kurang maksimal bagi tanaman.
Proses pemupukan akan sangat menentukan keberhasilan produksi tanaman, selain jenis pupuk yang tepat, cara aplikasi pupuk yang efektif dan efisien akan meningkatkan keberhasilan pemupukan.
1. Pemupukan melalui akar tanaman yaitu pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambah kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman melalui akar dan dengan penambahan hara ini tanaman akan tumbuh subur dan memberikan hasil yang memuaskan
a. Pemupukan dengan cara Sebar (Broadcasting) :
Cara ini adalah cara yang paling sederhana karena pupuk diberikan ke media tanam dengan cara disebar di atas permukaan media saat pengolahan tanah (biasanya dilakukan pada tanaman semusim seperti padi dan kacang-kacangan yang ditanam di sawah), sehingga pupuk tercampur merata dengan tanah.
Pemupukan dengan cara sebar ini berpotensi tinggi merangsang pertumbuhan tanaman-tanaman pengganggu (gulma) serta tingkat fiksasi atau pengikatan unsur hara tertentu oleh tanah.
Cara Sebar dilakukan jika :
- Populasi tanaman cukup tinggi dan rapat
- Sistem perakaran tanaman yang menyebar di dekat permukaan tanah
- Volume pupuk yang digunakan berjumlah banyak
- Tingkat kelarutan pupuk yang tinggi agar dapat terserap dalam jumlah banyak oleh tanaman
- Tingkat kesuburan tanah yang relatif baik
b. Pemupukan pada tempat tertentu (placement)
Berbentuk seperti barisan lurus di antara larikan atau barisan tanaman, membentuk garis lurus, atau membentuk lingkaran di bawah tajuk tanaman.
Alur pemupukan dibuat dengan membuat semacam kanal dangkal sebagai tempat pupuk dengan mencangkul tanah selebar kurang lebih 10 cm dengan kedalaman kurang lebih 10 cm dari permukaan tanah.
Setelah pupuk diletakkan di dalam alur, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Ada juga beberapa aplikasi lain yang memodifikasi cara ini ini, misalnya dengan cara membuat sejumlah lubang sedalam dan dengan jumlah lubang tertentu menggunakan tugal atau linggis melingkar di bawah tajuk kemudian pupuk diisikan ke dalam lubang lalu lubang ditutup tanah kembali.
Pemupukan dengan cara ini dilakukan dengan alasan :
- Kesuburan tanah relatif lebih rendah (tanah tegalan atau kebun)
- Populasi tanaman lebih rendah karena jarak tanam lebih lebar
- Volume pupuk yang digunakan berjumlah lebih sedikit
- Volume akar tanaman sedikit dan tidak menyebar
2. Pemupukan melalui daun (spraying, foliar application) :
Massa pupuk dalam jumlah tertentu dilarutkan ke dalam air dan campuran pupuk dengan air ini menghasilkan larutan pupuk dengan konsentrasi sangat rendah (kurang dari 0,05%).
Larutan pupuk ini kemudian ini disemprotkan langsung ke daun-daun tanaman, menggunakan alat semprot volume rendah (hand sprayer), volume sedang (sprayer gendong), maupun volume besar menggunakan mesin kompresor, bahkan menggunakan pesawat terbang kecil untuk hamparan pertanaman yang luas.
Berbeda dengan pemupukan melalui akar, pemupukan melalui daun harus memperhatikan beberapa hal :
a. Konsentrasi pupuk harus dibuat mengikuti petunjuk pemakaian pada label kemasan pupuk, dengan konsentrasi kepekatan pupuk berada pada kisaran angka 0,01% (1 gram pupuk padat dilarutkan ke dalam 1000 cc air) hingga konsentrasi maksimum 0,05% (5 gram pupuk padat dilarutkan ke dalam 1000 cc air).
Larutan pupuk yang terlalu pekat akan menyebabkan plasmolisis, yaitu peristiwa di mana cairan dalam sel-sel daun dengan konsentrasi lebih rendah akan tersedot keluar sel untuk menyatu dengan larutan pupuk sehingga sel-sel yang kehilangan cairan menjadi mati dengan gejala seperti terbakar.
Karenanya penggunaan konsentrasi larutan pupuk yang rendah sangat dianjurkan dan hal ini dapat dikompensasikan dengan cara meningkatkan frekuensi pemupukan agar efisiensi dan efektifitas pemupukan melalui daun menjadi lebih tinggi (misalnya : konsentrasi pupuk 0,05% dilakukan setiap 14 hari sekali diubah menjadi konsentrasi larutan pupuk 0,03% dilakukan setiap 7 atau 10 hari sekali selama periode pemupukan dilakukan).
b. Faktor penguapan larutan pupuk akibat tingginya suhu lingkungan harus menjadi pertimbangan saat aplikasi, oleh karena itu idealnya pemupukan dilakukan saat matahari tidak sedang bersinar dengan terik.
Sebelum jam 8 pagi atau sesudah jam 4 sore adalah waktu yang ideal untuk menyemprotkan larutan pupuk agar pupuk dapat terserap daun dengan baik dan mengurangi resiko larutan pupuk yang menguap akibat suhu lingkungan yang tinggi.
c. Umumnya, mulut daun (stomata) menghadap ke bawah, karenanya pupuk diberikan dengan cara menyemprotkan larutan pupuk pada daun bagian bawah terlebih dahulu kemudian diikuti pembasahan larutan pupuk seluruh permukaan daun.
d. Jangan mengaplikasikan pupuk daun jika pada pucuk tanaman tumbuh tunas-tunas baru yang masih rentan terhadap pengaruh pupuk daun, apalagi jika konsentrasi pupuk daun cukup pekat, dapat dipastikan tunas-tunas muda akan mengering dan hangus seperti terbakar.
Tunggu hingga daun terbuka dan berkembang sempurna agar pupuk daun daun dapat diaplikasikan.
Saat tunas-tunas muda bermunculan, hanya pada daun-daun yang telah terbentuk sempurna di bagian bawah saja yang dapat disemprot dengan larutan pupuk daun.
e. Aplikasi penyemprotan pupuk daun pada musim penghujan dapat dilakukan setidaknya 2 jam sebelum perkiraan hujan akan turun agar larutan pupuk pada daun tidak habis tercuci dan sebagian besar larutan pupuk telah terserap dengan baik.
f. Hindari aplikasi penyemprotan pupuk daun secara langsung pada bunga yang sedang mekar pada tanaman karena dapat dipastikan bunga dan bakal buah akan rontok beberapa waktu kemudian.
Aplikasi pupuk daun dapat dilakukan pasca persarian selesai dan telah terbentuk bakal buah, dengan menggunakan pupuk daun berkadar fosfat dan kalium tinggi.
g. Pada tanaman muda yang baru dipindah tanamkankan (transplanting), baik pindah tanam ke pot yang lebih besar (repotting) maupun tanaman muda yang ditanam di lahan.
Setidaknya sebulan setelah pindah tanam, pupuk daun baru dapat diaplikasikan ke tanaman muda tersebut.
3. Pemupukan melalui Air Siraman :
Pada pertanaman yang terbatas (jumlah tanaman dan luasan pertanaman), pemupukan melalui akar dapat dimodifikasi dengan mengubah bentuk pupuk padatan menjadi cairan dengan cara melarutkan pupuk ke dalam air, dengan batas kepekatan atau konsentrasi tertentu yang aman dan tidak menyebabkan plasmolisis bagi akar tanaman.
Pupuk yang telah berubah bentuknya tersebut kemudian diberikan ke tanaman sekaligus sebagai air siraman.
Metode ini banyak direkomendasikan oleh pabrikan pupuk karena pupuk-pupuk generasi baru umumnya bersifat water soluble (sangat mudah larut dalam air) dengan ampas sisa pupuk yang tidak terlarut berjumlah sangat sedikit.
Pemupukan dengan cara ini mempunyai beberapa kelebihan :
a. Pemberian nutrisi secara lengkap dapat dilakukan dengan baik dengan melihat kebutuhan tanaman, berdasarkan jenis-jenis tanaman dan fase pertumbuhannya.
b. Dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan tanah yang mengalami kekurangan hara-hara tertentu.
c. Efisiensi pemupukan dapat ditingkatkan karena meningkatnya daya serap akar tanaman terhadap pupuk dalam bentuk larutan.
d. Efektifitas pemupukan dapat terlihat nyata dengan meningkatnya kualitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
e. Kualitas buah yang dihasilkan dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dengan memberikan pupuk tertentu.
f. Media pertumbuhan tanaman tetap bersih dan relatif bebas dari penyakit akibat aplikasi pemupukan yang terjadwal
4. Pemupukan
Pupuk merupakan komponen penting di dalam budidaya kelapa sawit, karena dua hal yaitu :
- Biaya pupuk merupakan komponen terbesar dari biaya operasional, 60–70% dari biaya tanaman menghasilkan dan sekitar 40% dari biaya tanaman belum menghasilkan.
- 70 sampai dengan 80% dari unsur pupuk yang ada pada biomassa berada pada bagian yang di panen yaitu buah dan cabang, sehingga perlu dilakukan substitusi untuk menggantikan unsur hara yang terikut pada proses panen.
Dengan mempertimbangkan kedua hal diatas maka diperlukan pengelolaan pupuk yang baik agar pupuk yang diaplikasikan benar benar efektif dan efisien oleh tanaman.
Lima kunci utama strategi pemupukan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi pemupukan yang tinggi adalah prinsip “5 T “ yaitu:
Tepat Jenis
Tepat Dosis
Tepat Letak/Tempat
Tepat Cara
Tepat waktu
- Tepat Jenis
Pupuk yang diaplikasikan harus sesuai dengan kebutuhan pada stadia pertumbuhannya, sesuai dengan jenis tanah, topografi, curah hujan, ketersediaan tenaga kerja dan sebagainya.pemilihan jenis pupuk tunggal atau pupuk majemuk serta berbagai komposisi pupuk majemuk merupakan pilihan yang harus diambil dalam kunci tepat jenis.
- Tepat Dosis
Merupakan keputusan terbaik yang harus diambil terhadap beberapa dosis pupuk yang tepat untuk diperoleh produksi yang tinggi, sehingga jumlah yang diaplikasikan benar benar berada pada batas keperluan tanaman.umur tanaman, status unsur hara di dalam daun/rachis, keseimbangan diantara unsur hara (N/P Balance, Cation Balance), produksi dan gejala visual dilapangan merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan dosis yang tepat.
- Tepat Letak/Tempat
Adalah penentuan dimana tempat yang paling sesuai pupuk diaplikasikan sehingga mampu diserap tanaman dalam jumlah yang tinggi.
Sistem perakaran, ketersediaan bahan organik tanah, kondisi lahan merupakan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan.
- Tepat Cara
Adalah pemilihan cara terbaik agar pupuk tersedia bagi tanaman pada saat diperlukan secara bersamaan.
Luas areal dan waktu pemupukan, jumlah pupuk yang harus diaplikasikan.
Kondisi lahan serta ketersediaan tenaga kerja atau alat yang akan digunakan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan berbagai cara aplikasi pupuk.
- Tepat Waktu
Kondisi iklim terutama curah hujan merupakan factor yang paling diperhatikan dalam memilih waktu yang tepat untuk aplikasi pupuk, disesuaikan dengan jenis pupuk yang akan diaplikasikan.
Serapan pupuk oleh akar tanaman akan lebih efektif dan efisien pada saat tanah dalam kondisi lembab.
Tanah yang terlalu basah akan menyebabkan kehilangan pupuk akibat pencucian atau kehilangan bersama aliran permukaan atau perkolasi.
Semoga Bermanfaat..
No comments:
Post a Comment
Untuk Informasi lebih lanjut hubungi :
WA/LINE/TELEGRAM = 085645453971