Beberapa Penyakit Penting pada Tanaman Singkong dan Pengendaliannya
PENGENDALIAN PENYAKIT SINGKONG
1. Jamur Akar Putih
Pada Singkong Penyakit yang sering menyerang tanaman singkong adalah jamur akar putih.
Pada serangan berat, bisa meluluhlantakkan pertanaman singkong.
Jamur akar putih menyerang pertanaman singkong terutama pada lahan pertanaman bekas tanaman karet maupun pada lahan-lahan yang sering di tanami singkong.
Pada lahan yang sering ditanami singkong, pada saat panen sering umbi singkong tertinggal di dalam tanah.
Umbi singkong ini akan menjadi busuk dan menjadi tempat berkembangnya jamur akar putih.
Selain hal tersebut di atas, pemakaian pupuk kandang yang belum matang atau belum terfermentasi secara sempurna, dapat menjadi tempat berkembangnya jamur akar putih.
Tanda–tanda tanaman singkong yang terserang jamur akar putih antara lain:
Pertumbuhan tanaman merana,
Daun kuning dan berguguran,
Pertumbuhan vegetatifnya relatif berhenti,
Disekitar pangkal batang terdapat benang-benang putih yang merupakan miselium jamur akar putih.
Ketika dicabut ada umbi yang mulai membusuk.
Dengan demikian untuk penanaman singkong sambung yang diharuskan menggunakan Bioboost yang cukup pekat 1:25 L air, harus menggunakan pupuk organik yang sudah matang sempurna.
2. Penyakit Hawar Bakteri
Hawar Bakteri merupakan penyakit yang terpenting pada tanaman singkong di banyak negara.
Besarnya kerugian tergantung dari kondisi setempat, termasuk tingkat ketahanan tanaman.
Pada tanaman yang rentan, jika keadaan membantu penyakit, kerugian dapat mencapai 90-100%.
Gejala pada daun ada bercak:
Kebasah-basahan,
Bentuknya tidak teratur,
Bersudut-sudut (angular),
Dikelilingi oleh daerah hijau tua.
Gejala meluas dengan cepat dan warna bercak menjadi coklat muda,
Mengeriput,
Menyebabkan daun layu.
Seterusnya seluruh daun layu dan rontok.
Bakteri menyebar dari suatu tempat ke tempat lain terutama karena terbawa dalam stek yang terinfeksi.
Dengan stek ini bakteri terbawa dari musim ke musim.
Bakteri jamur ini dapat terbawa oleh tanah dengan penggarapan tanah, diperkirakan infeksi lewat tanah kurang memegang peran.
Selain itu alat-alat pertanian yang terkontaminasi dapat menyebarkan bakteri, misalnya pisau yang digunakan untuk memotong stek.
Selain itu bakteri terpencar oleh percikan air hujan, terutama dari karet yang keluar dari batang dan daun sakit.
Manusia, hewan terbak, dan serangga dapat menularkan bakteri.
Agar bakteri dapat mengadakan infeksi diperlukan udara dengan kelembaban jenuh selama 12 jam.
Pada musim hujan jumlah bercak pada daun sangat meningkat.
Jenis-jenis ubi kayu memiliki tingkat ketahan yang berbeda terhadap hawar bakteri.
Ketahanan ini disebabkan oleh karena ada 3 kemungkinan:
Bakteri terhambat penetrasinya,
Bakteri tidak dapat meluas secara sistemik,
Tanaman bereaksi terhadap bakteri dengan cara hipersensitif.
Di afrika penyebab penyakit lebih banyak terdapat di tanah berpasir yang miskin unsur hara.
Pemupukan NPK yang optimal dapat mengurangi beratnya penyakit.
Di Indonesia terbukti bahwa pemupukan NPK dan bahan organik meningkatkan ketahan tanaman.
Penyakit dibantu oleh curah hujan, karena curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan membantu pemencaran bakteri.
Intensitas penyakit tertinggi pada akhir musim hujan, menjelang musim kemarau.
Suhu optimal untuk perkembangan penyakit adalah sekitar 30 derajat C.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hawar bakteri adalah :
Penanaman jenis tahan bakteri hawar daun,
Pemakaian stek yang diambil dari tanaman yang benar–benar sehat,
Melakukan pergiliran tanaman,
Pemangkasan bagian tanaman di atas tanah dapat mengurangi pemecaran penyakit, khususnya pada tanaman yang memiliki ketahanan tinggi atau sedang,
Pertahankan tanaman yang belum terinfeksi berat,
Membuat bibit sehat dengan mengakarkan ujung-ujung batang,
Ujung-ujung batang akan tetap dari bakteri meskipun tanamannya terinfeksi berat.
3. Penyakit Layu Bakteri
Batang ubi kayu (singkong) yang sakit layu dapat diisolasi bakteri peseudomonas solanacearum.
Ubi kayu (singkong) yang terkena sakit lendir atau sakit layu ini disebabkan oleh bakteri.
Pada penyakit layu ini daun–daun layu bersama-sama dan untuk sementara tetap melekat pada batang.
Dilaporkan bahwa gejala penyakit layu bakteri pada ubi kayu dapat dibedakan menjadi 3 tipe:
Tanaman layu,
Daun gugur
Mati ujung.
Biasanya kedua gejala yang pertama disertai dengan perubahan warna pada bagian-bagian di bawah tanah, sedangkan hal ini tidak terjadi pada tipe ke tiga.
Isolasi dari tanaman sakit dengan gajala–gejala yang berbeda tipenya menghasilkan 2 koloni yang jelas berbeda putih cair dan putih berlendir.
Selanjutnya diketahui bahwa koloni yang putih cair adalah koloni Pseudomonas solanacearum, diisolasi dari tanaman dengan gejala layu dan gugur daun.
Sedangkan koloni yang berwarna putih berlendir adalah koloni Xantomonas campestris pv. manihotis.
Penyebab hawar ubi kayu, di isolasi dari tanaman yang bergejala mati ujung.
Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri patogen terpenting dari golongan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit layu bakteri yang tersebar secara luas di daerah tropik dan subtropik serta daerah-daerah bersuhu panas di dunia.
Usaha pengendalian P. solanacearum dengan menggunakan varietas tahan dan antibiotika (bakterisida) ternyata membawa masalah baru dengan munculnya ras-ras baru patogen yang lebih virulen, sehingga perlu dicari suatu penanganan lain yang lebih aman dan ramah lingkungan.
4. Bercak Coklat
Penyakit ini tersebar di seluruh Indonesia.
Penyakit ini merupakan penyakit daun yang paling penting pada tanaman ini.
Gejala yang timbul adalah :
Bercak tampak jelas pada kedua sisi daun.
Pada sisi atas bercak tampak coklat merata dengan tepi gelap yang jelas.
Pada sisi bawah daun tepi bercak kurang jelas dan di tengah bercak coklat terdapat warna keabu-abuan karena adanya konidiofor dan konidium jamur.
Bercak berbentuk bulat dengan garis tengah 3 – 12 mm.
Jika berkembang bentuk bercak dapat kurang teratur dan agak miring–sudut karena dibatasi oleh tepi daun atau tulang–tulang daun.
Jika penyakit berkembang dengan terus menerus daun yang sakit menguning dan mengering dan dapat gugur.
Pada cuaca hujan dan panas jenis rentan dapat menjadi gundul.
Penyebab penyakit bercak coklat adalah cercosporidium henningsii.
Hifa jamur ini berkembang dalam ruang sela-sela sel, membentuk stroma dengan garis tengah 20–45μm.
Stroma membentuk konidiofor dalam berkas–berkas yang rapat.
Konidiofor coklat kehijauan pucat, warna dan lebar merata, tidak bercabang, dengan 0–2 bengkokan, bulat pada ujungnya dan memiliki bekas spora yang kecil atau sedang.
Konidium dibentuk pada kedua sisi daun pada ujung konidiofor, berbentuk tabung, lurus atau agak bengkok, kedua ujungnya membulat tumpul, pangkalnya berbentuk tumpul.
Jamur membentuk peritesium hitam, bergaris tengah 100μm, kadang–kadang tampak tersebar pada bercak di permukaan atas daun.
Askus seperti gada memanjang, berisi 8 spora.
Daur penyakit pada tanaman ini berasal dari angin atau hujan yang membawa spora dari bercak tua dan daun tua yang sudah rontok ke permukaan daun sehat.
Jika udara cukup lembab, konidium berkecambah, membentuk pembuluh kecambah.
Penetrasi terjadi melalui mulut kulit dan jamur meluas dalam jaringan lewat ruang sela-sela sel.
Dalam cuaca panas dan lembab membutuhkan waktu 12 jam.
Selama musim kemarau jamur mempertahankan diri pada bercak-bercak tua.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sangat bergantung pada ketahan ubi kayu yang memiliki ketahan berbeda pada bercak coklat.
Pada umumnya daun tua lebih rentan dari daun muda yang lebih tinggi letaknya.
Tetapi pada jenis yang rentan, tangkai daun, bahkan buah yang muda sering ada serangan yang berat.
Penyakit ini sangat dibantu oleh curah hujan dan suhu yang tinggi
5. Bercak Daun Baur
Adapun gejala bercak daun baur pada ubi kayu adalah:
Bercak daun besar,
Berwarna coklat tanpa batas yang jelas.
Tiap bercak meliputi seperlima dari luas helaian daun atau lebih.
Permukaan atas bercak berwarna coklat merata, tetapi dipermukaan bawah pusat bercak yang berwarna coklat ada keabu-abuan, karena adanya konidiofor dan konidium dari Cercospora viscosae.
Jamur ini tidak membentuk stroma, tetapi membentuk spora secara merata.
Konidiofor coklat kemerahan.
Membentuk berkas yang mirip koremium dan konidiumnya seperti gada terbalik silindris.
Konidiumnya dipencarkan oleh angin dan serangga, meskipun angin memegang peranan yang lebih besar dalam pemencarannya.
Jamur mengadakan penetrasi langsung dengan menembus permukaan lateral sel-sel epidermal, atau melalui mulut kulit. Infeksi dapat melalui dua sisi daun, tetapi yang paling banyak melalui epidermis atas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit bercak daun baur adalah:
Curah hujan,
Suhu,
Kelembaban.
Penyakit timbul pada musim hujan, tetapi gejalanya akan muncul pada musim panas.
Suhu dan kelembaban yang rendah akan membuat penyebaran penyakit akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.
Ketahanan terhadap bercak daun memiliki korelasi dengan tebalnya jaringan palisade dan ukuran mulut kulit daun.
Penyakit ini juga timbul akibat kekurangan magnesium.
Pada umumnya penyakit ini tidak menimbulkan kerugian, hanya terdapat pada daun tua, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan daun gugur.
6. Bercak Daun Phyllosticta
Penyakit ini menyerang tunas dan menyebabkan mati ujung.
Gejala yang timbulkan oleh jamur ini berupa :
Bercak besar pada daun,
Berwarna coklat, biasanya dengan tepi yang kurang jelas.
Bercak umumnya terdapat pada ujung daun, tepi helaian daun, sepanjang tulang tengah daun dan tulanfg daun yang besar.
Permukaan atas bercak pertama terdiri dari cincin-cincin konsentris yang terbentuk oleh pikndium berwarna coklat.
Bercak yang tua tidak memiliki cincin, karena piknidium yang masak tercuci oleh air hujan.
Jika udara sangat lembab bercak dapat tertutp oleh hifa coklat kelabu.
Pada permukaan bawah daun, tulang-tulang daun yang kecil sekitar bercak menjadi rusak dan membentuk garis-garis hitam yang memancar bercak.
Bercak–bercak berkembang menjadi hawar daun, akhirnya seluruh daun dan tangkai menjadi coklat tua, layu dan rontok.
Pada infeksi yang berat, jamur menyerang tunas yang masih muda dan menyebabkan mati ujung.
Batang yang sakit berwarna coklat dan tertutup oleh piknidium.
Jamur ini banyak membentuk piknidium yang berwarna coklat tua, bulat dan membentuk kelompok kecil pada daun atau batang.
Piknidium dengan garis tengah 100-170 pM, ostiol berukuran 15-20 pM, dindingnya terdiri dari sel-sel bersegi banyak.
Konidiofor pendek, hialin, membentuk suatu konidium kecil dan bersel satu.
Pemencaran penyakit ini melalui percikan air hujan, angin dan alat pertanian.
Beratnya penyakit berkolerasi dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan spora.
Spora berkecambah paling baik pada suhu 20-25 derajat C.
Bercak daun Phyllosticta banyak terdapat di tempat-tempat yang tinggi, atau dataran rendah selama musim hujan.
Cara Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Pada Tanaman Singkong
Prinsip pengendalian dianjurkan adalah pengendalian secara ramah lingkungan, yaitu Penggunaan Agen Hayati Antagonis terhadap Jamur-jamur patogen pembawa penyakit seperti diatas merupakan langkah yang sangat tepat.
Salah satu agen hayati antagonis terhadap jamur-jamur patogen pembawa penyakit adalah Trichoderma.
Trichoderma merupakan cendawan antagonis yang sangat berperan membantu mengatasi beberapa jenis penyakit pada tanaman seperti penyakit diatas.
Dimana Cendawan Trichoderma ini dilaporkan sebagai bioFungisida karena Trichoderma akan berkompetisi dalam hal nutrisi dengan jamur lain dilapangan sehingga jamur-jamur patogen pembawa penyakit mati terinfeksi oleh jamur Trichoderma ini.
Sisi lain Trichoderma juga dilaporkan sebagai bioDecomposer atau mikroba pengurai bahan organik menjadi kompos. Sehingga banyak kalangan petani memanfaatkan biang/isolat Trichoderma sebagai starter pengomposan pada pembuatan pupuk organik/kompos, seperti membuat kompos dari jerami dan serasah dedaunan.
Dilapangan Trichoderma juga banyak berperan membantu pertumbuhan tanaman, dimana Trichoderma membantu mempercepat proses penguraian unsur hara mikro dan makro didalam tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Dan Trichoderma sp. sudah dimiliki dan terdapat di dalam kandungan K-Bioboost.
Semoga Bermanfaat..
No comments:
Post a Comment
Untuk Informasi lebih lanjut hubungi :
WA/LINE/TELEGRAM = 085645453971