Thursday, May 5, 2016

Cara Mudah Mendiagnosa Kadar Kandungan Hara Tanah

Cara Mudah Mendiagnosa Kandungan Hara Tanah

Idealnya, petani sebelum bertanam sudah tahu keadaan kandungan hara esensial dalam tanah yang akan ditanami.
Apakah cukup atau apa yang kurang?
Diagnosa dengan uji laboratoris pertanyaan itu dapat terjawab, tetapi butuh biaya yang bagi petani kecil umumnya di luar jangkauan.
Lagi pula prosedur dan pelaksanaan perlu waktu cukup lama.
Mengetahui status hara esensial dalam tanah sebelum ditanami penting karena kekurangan salah satu hara esensial, makro ataupun mikro, akan menimbulkan akibat negatif tertentu pada tanaman, pertumbuhan atau hasilnya.
Kebutuhan tersebut tampaknya kini sudah dapat dipenuhi dengan mudah, murah dalam jangkauan  petani kecil.
Kabar gembira itu berupa kemunculan teknik baru uji kandungan hara esensial dalam tanah yang dinamai Minus-One Element Technique (MOET).

MOET dirancang oleh pakar  agronomi Dr. Cesar Mamaril,  yang  setelah pensiun dari Pusat Riset Padi Internasional (IRRI) bekerja selama 17 tahun sebagai konsultan senior tanah dan agronomi  pada Philippine Rice Research Institute (PhilRice). Di PhilRice, ia  besama rekan sekerja mengembangkan  dan mengaplikasikan MOET untuk pertanian padi di dataran rendah.

Dalam satu uraian yang dimuat Majalah RiceToday edisi terbaru, Dr. Mamaril menekankan kegunaan dan manfaat teknik hara minus satu yang dirancangnya.
Dari 16 hara esensial yang dibutuhkan tanaman, 13 jenis diperoleh dari tanah yakni nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), sulfur (S), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), dan boron (Bo).
Tiga lainnya dari udara dan air, yakni karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Kekurangan salah satu hara esensial ini akan menyebabkan tanaman tidak tumbuh normal.

Tanaman menyerap hara dari tanah atau air dalam tanah sehingga hara yang tertinggal akan berkurang (karena hasil atau juga limbah tanaman terbawa keluar lahan).
Untuk memenuhi kecukupan hara maka dilakukan pemupukan pada tanah.
Masalahnya pemupukan seolah sudah menjadi rutinitas  memenuhi resep anjuran, tidak secara  terukur jumlah dan terpilih jenis hara sesuai dengan status hara masing-masing dalam tanah.
Untuk menghemat penggunaan pupuk maka informasi tentang hara mana yang kurang pada tanah yang akan ditanami menjadi penting.
Apalagi aplikasi pupuk yang berlebihan akan merugikan lingkungan.

Konsep MOET
Dengan konsep MOET dimaksudkan agar petani cukup menambahkan saja hara yang berdasarkan analisis kurang pada tanah yang akan ditanami.
Informasi tentang hara esensial yang kurang dapat dideteksi dengan cara melakukan formulasi pemupukan  yang pada setiap pemupukan ada satu unsur hara yang tidak diikutkan (teknik minus satu unsur hara/MOET).
Dengan tidak memberikan satu jenis hara akan dilihat apa dampaknya pada pertumbuhan tanaman.
Itu dipraktekkan pada contoh-contoh tanah yang diambil dari lahan pertanaman.

Pada kit MOET yang digunakan pada pertanian padi di dataran rendah Philipina, formulasi pemupukan MOET dibatasi pada unsur-unsur hara untuk N, P, K, S, Zn dan Cu.

Alasannya adalah  bahwa di bagian terbesar pertanian padi dataran rendah Philipina keenam unsur hara itu selalu kurang.
Jadi disusun 7 formulasi pemupukan sebagai uji status hara tanah, yakni: Minus N (tidak mengandung N tetapi lima hara lainnya ada); Minus  P; Minus K; Minus S; Minus Zn; Minus Cu; dan Lengkap (semua ke enam unsur hara ada).
Pelaksanaannya sederhana saja.
Wadah uji menggunakan pot-pot atau wadah plastik yang dapat menampung 4 kg sampel tanah basah (jumlah pot  sama dengan jumlah formulasi pemupukan).

Dari lahan satu hektar yang cukup seragam sebaiknya  diambil secara sampel tanah dari 35 lokasi.
Untuk lahan yang tingkat kesuburan bergradasi seperti lahan miring diperlukan sampel dari lebih banyak lokasi. Sampel diambil sebelum tanah diolah/dibajak.

Bibit yang berumur 12 hari sebanyak paling sedikit 5 batang lalu ditanam ke dalam masing-masing pot dengan formulasi pemupukan masing-masing.
Tanah dibiarkan tetap basah tetapi tidak tergenang air hingga tanaman sudah cukup mantap.
Pengairan semua tanaman dilakukan dengan air dari sumber yang sama dengan yang digunakan pada lahan pertanian padi yang dikelola.
Sesudah 10 hari, sebagian tanaman  padi dalam pot dicabut, tinggalkan  hanya dua batang yang dinilai terbaik.

Bukti Visual
Dalam 30 hari setelah pindah tanam bibit (ke pot) sudah akan terbukti secara visual perbedaan pertumbuhan tanaman antara pot.
Juga bisa dibandingkan pada tanaman di pot dengan formulasi pemupukan lengkap.
Dapat disaksikan mana yang tumbuh baik, mana yang kurang baik dan di pot  dengan formulasi mana (yang minus hara apa).
Bisa disimpulkan tanaman dalam pot yang mana kekurangan unsur hara apa.
Atau tanah dari lokasi mana kekurangan unsur hara apa.

Bila tanaman pada semua pot berisi tanah sampel dari satu lokasi bagus dan seragam pertumbuhannya, maka tanah di lokasi bersangkutan tidak kekurangan unsur hara yang masuk dalam formulasi.

Untuk memperoleh ketepatan analisa yang lebih akurat, sesudah 45 hari sejak pindah tanaman padi dalam pot  dicabut dan biomasanya ditimbang.
Dengan bukti visual demikian, petani akan tahu tanah di lokasi mana yang perlu diberi  pemupukan unsur hara apa.
Petani tinggal memilih unsur hara mana yang masih perlu ditambahkan sesuai dengan takaran sesuai anjuran para penyuluh pertanian.
Selain hemat biaya, penggunaan sistem analisis hara tanah MOET juga mengurangi dampak merugikan pupuk terhadap lingkungan serta  menambah hasil dan pendapatan bagi petani.

Harus diakui model uji MOET ini merupakan temuan sangat cerdas tetapi sederhana, murah dan mudah serta dapat dapat dilakukan sendiri oleh petani kecil.
Dr. Mamaril mengaku merancang konsep MOET itu ketika masih bekerja sebagai peneliti IRRI yang bertugas di Indonesia.

No comments:

Post a Comment

Untuk Informasi lebih lanjut hubungi :
WA/LINE/TELEGRAM = 085645453971