Friday, April 22, 2016

Pranoto Mongso, Bertani Selaras dengan Alam

Pranoto Mongso, Bertani Selaras dengan Alam






Pranata Mangsa (bahasa Jawa = penentuan musim) adalah semacam penanggalan yang berkaitan dengan musim menurut pemahaman suku Jawa, khususnya dari kalangan petani dan nelayan.
Pemahaman seperti ini juga dikenal oleh suku-suku lainnya di Indonesia, seperti suku Sunda dan suku Bali (dikenal sebagai Kerta Masa) atau di beberapa tradisi Eropa, misalnya pada bangsa Jerman dikenal sebagai Bauern kalendar (penanggalan untuk petani).

Pranata Mangsa berasal dari dua kata, yaitu:
Pranata yang berarti Aturan,
Mangsa yang berarti Musim atau Waktu.

Jadi Pranata Mangsa adalah Aturan waktu yang digunakan para petani sebagai penentuan atau mengerjakan sesuatu pekerjaan.
Hal ini dipelopori oleh Raja Pakoeboewono VII dan dimulai sejak 22 Juni 1856.
Contohnya melaksanakan usaha tani bercocok tanam atau melaut para nelayan, merantau atau berperang.
Biasanya digunakan oleh para petani pedesaan berdasarkan pada naluri saja, dari leluhur yang sebetulnya belum tentu dimengerti asal-usul dan bagaimana uraian satu-satu kejadian di dalam setahun, tetapi tetap dipakai dan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.

Pranata Mangsa adalah aturan waktu musim, yang berdasar pada solar kalender.
Mungkin kalender Pranata Mangsa ini termasuk dari 40 sistem kalender yang oleh sebuah studi tahun 1987 digunakan di dunia dan dikenal dalam pergaulan internasional dan lebih spesifikasiknya hanya dikategorikan ke dalam tiga mazhab besar, yaitu sistem kalender masehi/syamsiah (solar calendar), kalender qomariah (lunar calendar), dan lunisolar, sehingga dengan kata lain kalender Pranata Mangsa mengacu pada sistem kalender yang perhitungannya berdasarkan pada perjalanan bumi saat melakukan revolusi mengorbit matahari.
Kalender Pranata Mangsa juga mengenal tahun kabisat dan basithah yang dikenal dengan wastu dan wuntu.
Hal itu dilakukan sama persis dengan sistem kalender syamsiah agar tetap sinkron dengan tahun tropis (musim). Untuk menjaga sinkronisasi inilah, jumlah harinya disisipi dalam bentuk tahun kabisat (leap year) sebagai tambahan pada jumlah hari rata-rata kalender tersebut.

Menurut sumber aslinya, yaitu Kitab Primbon Qamarussyamsi Adam, makna Pranata Mangsa puniku petangan mangsa wawaton lampahing suz.
Petangan punika dede barang enggal, wiwit kina-makina inggih sampun wonten.
Ing taun masehi 1855 potongan wau kabangun malih saking mangsa kasa (mangsa 1, dhawah ing suraya 22 juni 1855. menggah jengkapi sataun wonten ing wekasaning mangsa : Sadha (mangsa 12), dhawah surya 20 juni 1856.
Dados pranata mangsa taun : 1 jangkep umur dinten.
Peteangan taun pranata mangsa wau, manawi dhawah taun wastu (taun lak) umur 365 dinten (mangsanipun kawolu umur 26 dinten), dene dhawah taun wuntu (taun panjang), umur 366 dinten dene pratelan kados ing ngandhap punika.

Dari uraian bahasa Jawa di atas dapat pahami bahwa Pranata Mangsa diambil dari sejarah para Raja di Surakarta, yang tersimpan di musium Radya-Pustaka.
Menurut sejarah, sebetulnya baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII yang memberi patokan bagi para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya dimulai tanggal 22 Juni 1855 titik balik matahari pada musim panas, penanggalan ini dipakai di daerah tropis seperti di Jawa dan Bali.

Pada awalnya sebelum ada Kalender Jawa, masyarakat masih menggunakan sistem Penanggalan Saka Hindu yang berdasarkan pergerakan matahari.
Kemudian pada tahun Saka Hindu 1554 atau bertepatan dengan tahun 1933 M, Raja Mataram Sri Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo mengganti konsep dasar sistem penanggalan matahari menjadi sistem bulan seperti kalender hijriah.
Perubahan penanggalan tersebut berlaku untuk seluruh pulau Jawa dan Madura, kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan).
Hal tersebut terjadi karena ketiga daerah tersebut tidak termasuk dalam wilayah kekuasaan Sultan Agung.
Pulau Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung ini.

Perubahan Kalender Jawa dilakukan pada hari Jumat Legi saat tahun baru Saka 1555 dan bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M.
Pergantian sistem ini tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 yang sedang berjalan menjadi tahun pertama, tetapi meneruskannya.
Hitungan tahun tersebut berlangsung sampai saat ini.

Pada tahun 1855 M, karena penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani untuk bertanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan matahari yang disebut sebagai pranata mangsa diperbaharui oleh Sri Paduka Mangkunegara IV.
Penanggalan yang telah diperbaharui tersebut ditetapkan secara resmi dengan nama-nama Pranata Mangsa tersebut sebagai berikut :

Menggah dhuawahing taun wuntu punika katentokaken saben 4 taun sapisan; dene psangetangipun : menawi angkaning taun kapara 4 pinang ceples, dhawah taun wuntu, kajawi yen angkaning taun wau dhauh atau jejeg.

1. Kasa, mulai 22 Juni, berusia 41 hari.
Para petani membakar dami yang tertinggal di sawah dan di masa ini dimulai menanam palawija, sejenis belalang masuk ke tanah, daun-daunan berjatuhan.
Penampakannya/ibaratnya : lir sotya (dedaunan) murca saka ngembanan (kayu-kayuan).

2. Karo, mulai 2 Agustus, berusia 23 hari.
Palawija mulai tumbuh, pohon randu dan mangga, tanah mulai retak/berlubang.
Penampakannya/ibaratnya : bantala (tanah) rengka (retak). Musim kapok bertunas tanam palawija kedua.

3. Katiga, mulai 25 Agustus, berusia 24 hari.
Musimnya/waktunya lahan tidak ditanami, sebab panas sekali, yang mana Palawija mulai di panen, berbagai jenis bambu tumbuh.
Penampakannya/ibaratnya : suta (anak) manut ing Bapa (lanjaran).
Musim ubi-ubian bertunas panen palawija.

4. Kapat, mulai 19 September, berusia 25 hari.
Sawah tidak ada (jarang) tanaman, sebab musim kemarau, para petani mulai menggarap sawah untuk ditanami padi gaga, pohon kapuk mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bertelur.
Penampakannya/ibaratnya : waspa kumembeng jroning kalbu (sumber).
Musim sumur kering, kapuk berbuah, tanam pisang.
Pada masa ini kemarau berakhir.

5. Kalima, mulai 14 Oktober, berusia 27 hari.
Mulai ada hujan, selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gaga, pohon asem mulai tumbuh daun muda, ulat-ulat mulai keluar.
Penampakannya/ibaratnya : pancuran (hujan) emas sumawur (hujannya) ing jagad. Musim turun hujan, pohon asam bertunas, pohon kunyit berdaun muda.

6. Kanem, mulai 10 Nopember, berusia 43 hari.
Para petani mulai menyebar bibit tanaman padi di pembenihan, banyak buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya), burung blibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair.
Penampakannya/ibaratnya : rasa mulya kasucian (sedang banyak-banyaknya buah-buahan).
Musim buah-buahan mulai tua, mulai menggarap sawah.

7. Kapitu, mulai 23 Desmber, usianya 43 hari.
Benih padi mulai ditanam di sawah, banyak hujan, banyak sungai yang banjir.
Penampakannya/ibaratnya : wisa kentar ing ing maruta (bisa larut dengan angin, itu masanya banyak penyakit).
Musim banjir, badai longsor mulai tandur.

8. Kawolu, mulai 4 Pebruari, usianya 26 hari, atau 4 tahun sekali 27 hari.
Padi mulai hijau, uret mulai banyak.
Penampakannya/ibaratnya : anjrah jroning kayun (merata dalam keinginan, musimnya kucing kawin).
Musim padi beristirahat, banyak ulat, banyak penyakit.

9. Kasanga, mulai 1 Maret, usianya 25 hari.
Padi mulai berkembang dan sebagian sudah berbuah, jangkrik mulai muncul, kucing mulai kawin, cenggeret mulai bersuara.
Penampakannya/ibaratnya : wedaring wacara mulya (binatang tanah dan pohon mulai bersuara).
Musim padi berbunga, turaes (sebangsa serangga) ramai berbunyi.

10. Kasepuluh, mulai 26 Maret, usianya 24 hari.
Padi mulai menguning, mulai panen, banyak hewan hamil, burung-burung kecil mulai menetas telurnya.
Penampakannya/ibaratnya : gedong minep jroning kalbu (masa hewan sedang hamil).
Musim padi berisi tapi masih hijau, burung-burung membuat sarang, tanam palawija di lahan kering.

11. Desta, mulai 19 April, berusia 23 hari.
Seluruhnya memanen padi.
Penampakannya/ibaratnya: sotya (anak burung) sinara wedi (disuapi makanan).
Masih ada waktu untuk palawija, burung-burung menyuapi anaknya.

12. Sadha, mulai 12 Mei, berusia 41 hari.
Para petani mulai menjemur padi dan memasukkan ke lumbung.
Di sawah hanya tersisa dami.
Penampakannya/ibaratnya : tirta (keringat) sah saking sasana (badan) (air pergi darisumbernya, masa ini musim dingin, jarang orang berkeringat, sebab sangat dingin).
Musim menumpuk jerami, tanda-tanda udara dingin pada pagi hari.


Dari Pranata Mangsa itu diketahui bahwa pada bulan Desember-Januari-Pebruari adalah musimnya badai, hujan, banjir dan longsor.
Mendekati kecocokan dengan situasi alam sekarang dan jadwal itu sesuai dengan perubahan iklim yang telah disepakati bersama.

Selanjutnya pada musim Kawolu antara 2/3 Pebruari - 1/2 Maret, bersiap-siaga waspada menghadapi penyakit tanaman maupun wabah bagi manusia dan hewan, mungkin akibat dari banjir, badai dan longsor tersebut akan berdampak menyebarnya penyakit dan kelaparan.
Hal tersebut masuk akal, karena manusia atau binatang bahkan tanaman pun belum siap mempertahankan diri dari serangan hama penyakit.

Kaitannya dengan para nelayan, mereka melaut sambil membaca alam dengan melihat letak bintang yang dianggap patokan yang selalu menemani saat melaut.

Sudah tentu mereka mengetahui pada bulan-bulan berapa mereka saat yang baik melaut dan akan mendapatkan ikan banyak.
Sebaliknya mereka mengetahui saat-saat tidak melaut, berbahaya dan tidak akan menghasilkan apa-apa.
Pada saat-saat itulah mereka gunakan waktu untuk memperbaiki jaring-jaring yang rusak, memperbaiki rumah dan pekerjaan selain melaut, sehingga mereka dapat mengurangi risiko dan mencegah biaya produksi tinggi.



1. Mangsa Kasa/Sura :
Candrane : Sotya murca saking embanan.
Sotya = mutiara, murca = hilang.
Pindhane mutiara coplok saka embane.
Akeh godhong padha rontok, wit-witan padha ngarang.
Awal mangsa ketiga.
Umure : 41 dina. 22 Juni – 1 Agustus.

2. Mangsa Karo :
Candrane : Bantala rengka.
Bantala = lemah, rengka= pecah.
Lemah-lemah padha nela.
Mangsane paceklik larang pangan.
Umure : 23 dina. 2 Agustus – 24 Agustus.

3. Mangsa Katelu :
Candrane : Suta manut ing bapa.
Suta = anak.
Pindhane anak manut marang bapake.
Pungkasane mangsa ketiga.
Lung-lungan, bangsane gadung, uwi, gembili padham rambat.
Umure : 24 dina. 25 Agustus – 17 September

4. Mangsa Kapat :
Candrane : Waspa kumembeng jroning kalbu.
Waspa = eluh, kumembeng = kembeng, kebak, kalbu = ati.
Pindhane eluh kebak ing jerone ati.
Sumber padha garing.
Awal mangsa labuh.
Umure : 25 dina. 18 Sptember – 12 Oktober.

5. Mangsa Kalima :
Candrane: Pancuran mas sumawur ing jagat.
Mas pindane udan.
Wiwit ana udan.
Para among tani wiwit padha nggarap sawah.
Umure : 27 dina. 13 Oktober – 8 Nopember.

6. Mangsa Kanem :
Candrane : Rasa mulya kasucian.
Pindhane mulya-mulya rasa kang suci.
Woh-wohan bangsane pelem lsp wiwit padha awoh.
Pungkasane mangsa labuh.
Udan wiwit akeh lan deres.
Umure : 43 dina. 9 Nopember – 21 Desember.

7. Mangsa Kapitu :
Candrane : Wisa kentir ing maruta.
Wisa = racun, penyakit; kentir = keli, katut ; maruta = angin.
Pindhane : Penyakit akeh, akeh wong lara.
Umure : 43 dina. 22 Desember – 2 Pebruari.

8. Mangsa Kawolu :
Candrane : Anjrah jroning kayun. Anjrah = sumebar, warata; kayun = karep, kapti.
Pindhane akeh pangarep-arep.
Para among tani padha ngarep-arep asile tanduran.
Wit pari padha mbledug.
Umure : 26 dina. 3Pebruari – 28 Pebruari.

9. Mangsa Kasanga :
Candrane : Wedharing wacana mulya.
Wedhar = wetu; wacana = pangandikan, swara, uni; mulya = mulia, endah.
Pindhane akeh swara kang keprungu endah, kepenak.
Garengpung padha muni, gangsir padha ngethir, jangkrik padha ngerik.
Umure : 25dina. 1 Maret – 25 Maret.

10. Mangsa Kasepuluh/Kasadasa :
Candrane : Gedhong mineb jroning kalbu.
Pindhane akeh kewan padha meteng.
Kucing padha gandhik.
Manuk padha ngendhog.
Umure : 24 dina. 26 Maret – 18 April.

11. Mangsa Dhesta :
Candrane : Sotya sinarawedi.
Sotya = mutiara; sinarawedi = banget ditresnani.
Pindhane kaya mutyara kang banget ditresnani.
Mangsane manuk ngloloh anake.
Mangsa mareng.
Umure : 23 dina. 19 April – 11 Mei.

12. Mangsa Sada :
Candrane : Tirta sah saking sasana.
Tirta = banyu; sah = ilang; sasana = panggonan.
Pindhane wong-wong ora kringeten jalaran mangsa bedhidhing (adhem).
Akhir mangsa mareng.
Umure : 41 dina. 12 Mei – 21 Juni.

Cara Sederhana Membasmi Hama Monyet atau Kera

Cara Sederhana Membasmi Hama Monyet atau Kera

Siapa yang tidak kesal jika pada setiap hari tanaman kakaonya rusak oleh ulah kera, monyet atau yang sejenisnya. Banyak petani kakao yang merasakan hal tersebut..
Kera, monyet dan yang sejenisnya itu disamping memakan buah, dahan kakao juga patah dibuatnya, bungat kakao juga berguguranya karenanya.
Lagi -lagi  akibatnya adalah kerugian yang kita derita.

Banyak Petani yang mencoba berbagai macam hal mulai dari ketapel, senapan angin, racun, berburu dengan anjing.
Tapi binatang yang satu ini lumayan cerdik, ia bisa mengetahui makanan yang beracun jika temannya sudah ada yang mati.
Begitu juga jika kita tembak dengan senapan angin mereka akan menghilang atau memanjat ke pohon yang tinggi lalu bersembunyi di sana sampai kita pergi.
Untuk itu ada tiga hal yang mungkin bisa kita tempuh disini:

1. Di Buru
Sesama petani kakao dan yang suka berburu kita ajak  memburunya minimal untuk tahap pertama sekali dalam tiga hari, selanjutnya mungkin sekali dalam seminggu, mungkin selanjutnya bisa sekali dalam sepuluh hari selanjutnya sesuai dengan kondisi.
Jika kera itu mulai datang kita lakukan berburu lagi.
Kendala yang pernah ditmui adalah kera ini menghindari kita dengan cara memanjat ke pohon yang tinggi.
Mungkin pohon yang tinggi perlahan bisa kita kurangi.
Selanjutnya kera ini juga bisa menghilang kelobang-lobang tanah, yang sering ada di tebing-tebing semak.
Tapi jika kita punya anjing hal ini bisa kita ketahui.

2. Di Pancing.
Kera ini amat senang dengan buah-buahan yang manis.
Maka kita bisa meletakan mata pancing yang sudah kita beri benang pancing sekitar panjang 40 cm pada buah-buahan yang sengaja kita tebar di sekitar tempat biasa kera tersebut berkumpul.
Misalnya dengan buah pisang atau buah pepaya yang sudah kita potong.
Ingat benang pancingnya jangan di ikatkan.
Biarkan saja tidak terikat, jadi buah tersebut bisa dibawanya manjat atau lari jika mereka rebutan atau juga terkejut.
Jadi nanti jika buah tersebut dimakan oleh sang Kera tersebut maka mata pancing tersebut akan nyangkut di mulut atau ditenggorokan kera tersebut.
Akibatnya si kera tersebut akan sibuk menarik-narik benang pancing yang telah nyangkut dimulutnya tersebut.


.3. Membuat Kandang.
Kita juga bisa membuat kandang dengan ukuran lebih kurang 2x2 M.
Dimana pada bagian atas kandang tersebut harus kuat buat lobang dengan diameter lebih kurang 50 cm.
Pada lobang yang berdiameter 50 cm tersebut kita kasih lembaran seng sekelilingnya yang menjulur kebawah panjang lebih kurang 40 cm.
Ingat kandang ini harus dibuat sekuat mungkin karena kita akan mengundang kera tersebut kedalam dengan makanan yang sengaja juga kita tabur disekitar kandang dan banyakan di dalam kandang.
Insya Allah deh dalam waktu sekejab itu kandang akan menjadi tempat pesta kera yang paling asyik.
Kera-kera tersebut tidak akan bisa keluar karena tempat keluar yang kita sediakan lobang diatas kandang dengan diameter 50 cm tadi tidak bisa dilewatinya karena ada seng yang tidak bisa ia pegang.

Demikian kiat mengatasi hama kera di tanaman kakao...
Sebenarnya anda juga bisa memagari kebun anda dengan sentrum lisrik.
Tapi ini terlalu berbahaya, kami tidak menganjurkanya.

Selamat Mencoba dan Semoga Berhasil..

Cara Sederhana Mengendalikan Hama Tupai Pada Tanaman Kakao

Cara Sederhana Mengendalikan Hama Tupai Pada Tanaman Kakao

Kita mencoba dua hal yang ternyata amat ampuh yaitu dengan :
1. Disetiap pohon kakao yang berbuah disediakan minuman diwadah yang kecil saja, misalnya dengan potongan botol air mineral.
Maka diminuman tersebut berikan racun karena biasanya tupai setiap makan kakao ia minum.

2. Ini yang lebih ampuh pada setiap buah kakao yang mulai besar dioleskan balsem. (Balsem disini bukan bantuan langsung sementara).
Untuk menghemat balsem tersebut terlebih dahulu di campur dengan minyak goreng.
Dari pengalaman yang pernah ada tupai yang mencoba memakan buah kakao yang sudah diberi balsem dengan campuran minyak goreng tadi mereka tidak mau karena mulut dan lidahnya merasa terbakar oleh panasnya balsem tersebut.

3. Diburu dengan senapan angin.
Biasanya tupai kalau diburu dengan senapan angin akan segera menjauh apa lagi kalau dilihatnya ada bebera kawannya yang mati tertembak (Kasiaaan..).
Maka selanjutnya setiap pergi ke kebun kita cukup menembakkan senapan angin kita ke sembarang arah yang aman selanjutnya tupai akan kabur dari kebun kita.


Kiat-Kiat Sederhana Dalam Mengendalikan Hama Babi Hutan

Kiat sederhana, murah dan mudah dalam mengendalikan hama Babi Hutan:

- Beli terasi karungan sebanyak 1 kg dan kapur barus satu plastik kecil.

- Tumbuk kapur barus itu sampai menjadi tepung. Aduk bubuk kapur barus itu dengan terasi sampai menyatu.

- Setelah kedua unsur itu menyatu, bulatkan sebesar bola ping pong.

- Bulatan-bulatan itu dibungkus dengan kain hitam (harus kain hitam, tidak boleh kain berwarna terang).

- Kemudian, adonan yang sudah dibungkus kain hitam itu digantung dengan tali rafia hitam di ladang.

- Tinggi gantungan itu setara mulut babi hutan sekitar 30 cm dari permukaan tanah.

- Utamakan diletakkan di jalur lintasan babi hutan.

- Aroma kapur barus plus terasi itu akan mengurungkan niat babi hutan masuk ke ladang kita.

- Ingat..!
Adonan Kapur Barus dan Terasi yang digantung, bukan Bagus dan Asrori yang digantung..
[03:16, 4/22/2016] K Pak Mz Fatah Biobos: Berikut cara tradisional yang sering dilakukan oleh petani dan masyarakat kita, cara tradisional yang umumnya digunakan diantaranya:

1. Memasang baju bekas atau orang-orangan sawah di pohon, ranting dan tengah area pertanian dengan dikaitkan tali penarik, ditambah dengan kaleng-kaleng bekas berisi batu yang digantungkan sehingga berbunyi saat ditarik, jika babi hutan mendengar bunyi gaduh maka akan pergi.

2. Bambu dibelah dua, bagian dalamnya menjadi bagian luar, ditancapkan ke tanah berbentuk lengkungan setengah lingkaran, penancapan dibuat berselang seling antara satu bambu dengan lainnya.
Jika babi hutan menabrak pagar ini diharapkan akan terpelanting.

3. Menggunakan rambut manusia yang dibakar, dikumpulkan dari tukang pangkas, kemudian dijepit di bambu yang dibilah ujungnya, ditancapkan bambu-bambu tersebut berkeliling memagari area pertanian.
Babi umumnya tidak suka bau menyengat seperti rambut dibakar, wewangian berbau menusuk dan sebagainya.

4. Menyebarkan kotoran kambing dan air seni manusia di dekat pagar tanaman, diharapkan babi akan menyingkir karena bau kotoran tersebut.

5.  Mengecat batang sawit dengan kapur barus, diharapkan babi akan menyingkir karena bau kapur barus yang kuat.

Cara tradisional ini cukup efektif akan tetapi umumnya masih dilakukan secara individu sehingga masih terbatas pengendalian di area tertentu, belum menyeluruh di area yang lebih luas.
Umumnya dipasang di tempat-tempat yang selalu dilewati babi hutan karena babi selalu melewati jalan yang sama.

Silakan Mencoba dan Semoga Bermanfaat.

Tuesday, April 19, 2016

JENIS – JENIS PENYAKIT PADA AYAM

JENIS – JENIS PENYAKIT PADA AYAM



Ada beberapa jenis penyakit penting pada unggas khususnya ayam, baik itu ayam buras/kampung/lokal, ayam potong/broiler/pedaging, maupun ayam layer/petelur.

Penyakit-penyakit pada ayam tersebut adalah
Coccidiosis
Colisepticaemia
Penyakit IB
Penyakit Gumboro
Fowl Cholera/Kolera Unggas
Infectious Coryza
Pullorum
Flu burung (HPAI)
Newcastle Disease
Botulism (Limberneck)
Parasit Internal
Parasit Eksternal


Berikut adalah penjelasan singkat mengenai penyakit pada ayam tersebut diatas:

1. Penyakit Berak Darah (Coccidiosis)
- Penyebab : Coccidia
- Penularan : Kotoran unggas yang terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Ayam mengalami depresi
Tidak bergairah
Diare berdarah
Turunnya berat badan pial ayam pucat.
- Pengobatan : coccidiostats
- Pencegahan :
Membuang kotoran ayam tiap hari
Menjaga kandang unggas agar tetap bersih dan kering
Tidak menempatkan terlalu banyak ayam dalam satu kandang untuk menghindari infeksi kembali.

2. Penyakit Collisepticaemia
- Penyebab : Echericia colli
- Penularan : kotoran unggas yang terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Ayam mengalami lemah
Ayam diare
Berat badan ayam turun
Ayam kadang-kadang mengalami lumpuh
Kadang-kadang sesak napas
- Pengobatan : antibiotik
- Pencegahan :
Kondisi pemeliharaan yang baik
Tindakan sanitasi

3. Penyakit Fowl Cholera (Kolera Unggas/Diare Hijau)
- Penyebab : Pasteurella Multocida
- Penularan : leleran dan kotoran unggas terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Banyak unggas yang lelah dan lemah
Bulu berdiri
Nafsu makan ayam menurun
Jengger dan pial berwarna kebiruan
Wajah dan pial ayam bengkak
Persendian ayam bengkak
Nafas cepat dan sukar
Ayam mengalami batuk dan bersin
Adanya leleran bening atau kuning dari mata dan paruh
Terjadi diare cair kuning/hijau pada ayam serta kloaka menjadi kotor.
- Pengobatan : antibiotik
- Pencegahan : kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi

4. Penyakit Infectious Coryza (Snot)
- Penyebab : Hemophilus paragallinarum
- Penularan : leleran hidung dan mata
- Tanda-tanda klinis :
Stress dan nafas berbunyi
Bersin
Leleran hidung yang berwarna bening pada awalnya, tetapi menjadi kekuningan dan berbau tidak sedap
Leleran dari mata
Kelopak mata lengket
Unggas menggoyangkan kepalanya (untuk menghilangkan leleran)
Muka bengkak.
- Pengobatan : antibiotik
- Pencegahan : Jauhkan unggas dari kondisi lembab dan dingin

5. Penyakit Pullorum (Diare/Berak Putih)
- Penyebab : Salmonella pullorum
- Penularan : kotoran unggas yang terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Diare berwarna putih kapur
Kloaka kotor
Lemah
Mata tertutup
Sayap terkulai
- Pengobatan :
Antibiotik
Dimusnahkan untuk mencegah penularan vertikal.
Pencegahan : kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi

6. Penyakit Flu Burung (HPAI - High Pathogenic Avian Influenza)
- Penyebab : virus Influenza (H5N1)
- Penularan : kotoran dan leleran lainnya dari unggas yang terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Kematian mendadak dengan beberapa tanda-tanda klinis
Tidak mau makan
Stress dan mengeluarkan napas berbunyi
Batuk dan bersin
Leleran dari mata dan hidung
Bengkak pada muka termasuk jengger dan pial
Menurunnya produksi telur;cangkang telur lunak
Diare
Bintik-bintik darah di bawah kulit (contoh: memar, biasanya paling jelas terlihat di bagian kaki dan ceker)
Lumpuh
Tortikolis dan tremor
Paling sedikit setengah dari flok mati dalam satu minggu (50-100% kematian)
- Pengobatan : tidak ada
- Pencegahan :
Kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi
Vaksinasi

7. Penyakit ND/Newcastle Disease (Tetelo)
- Penyebab : Paramyxovirus
- Penularan : kotoran unggas, pernafasan dan leleran dari mata atau hidung
Umumnya, bebek resisten terhadap penyakit ini akan tetapi beberapa kejadian menunjukkan bahwa anak bebek bisa saja terserang
- Tanda-tanda klinis :
Ayam yang terinfeksi oleh jenis virus ND yang ganas (kuat) bisa saja mati tanpa menunjukkan tanda-tanda sakit
Sayap unggas mengembang dan kelihatan seperti menyeret sayapnya di tanah unggas nampak mengantuk (lethargy)
Tidak makan (tidak memiliki nafsu makan)
Terjadi kesulitan bernapas dan sesak napas yang parah
Pembengkakan kepala dan leher
Diare (kehijau-hijauan)
Produksi telur yang menurun drastis.
Kadang-kadang unggas memproduksi telur yang tidak sempurna
Untuk penyakit pada stadium lanjut, tanda-tanda cemas (nervous signs) seperti bergetar (tremor)
Tortikolis (kepala berputar), paralisis pada sayap dan kaki dapat terlihat
Kematian bisa saja sangat tinggi, biasanya mencapai 50 hingga 100%
- Pengobatan : tidak ada
- Pencegahan :
Kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi
Vaksinasi

8. Penyakit Botulism (Lumpuh)
- Penyebab : Clostridium Botulinum
- Penularan : kotoran unggas yang terinfeksi (makan bangkai unggas, makanan yang busuk)
- Tanda-tanda klinis :
Kelumpuhan pada kaki, sayap dan leher
Diare
Sesak napas
- Pengobatan : antibiotik, sodium selenit, vitamin A, D dan E
- Pencegahan : kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi

9. Penyakit Parasit Internal (Cacing)
- Penyebab :
Cacing gelang (Ascarids)
Cacing rambut (Capillaria)
CCacing Caecal (Heterakis)
Cacing pita.
- Penularan : kotoran unggas yang terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Nafsu makan ayam kurang dan berat badan
Ayam mengalami diare
Ditemukannya cacing pita atau segmen cacing pita pada feses atau kotoran ayam
- Pengobatan : Anthelmintika, biji pepaya
- Pencegahan :
Membersihkan kandang unggas dan membuang sisa-sisa kotoran setiap minggu
Membersihkan tempat makanan dan minuman setiap hari
Menghindari bertambahnya area basah berlumpur di sekitar tempat minum dan lainnya.

10. Penyakit Parasit Eksternal (Kutu, Tungau dll)
- Penyebab :
Echidnophaga gallinacea (kutu)
Knemidocoptes mutans (tungau)
- Penularan : kotoran unggas yang terinfeksi
- Tanda-tanda klinis :
Unggas terganggu dan gelisah
Mungkin menggaruk-garuk mata
Kulit, jengger dan pial berwarna pucat karena kehilangan darah (anemia)
Lesi kulit yang mengeras dimana banyak kutu menempel
Anak unggas yang terserang parah akan mati
- Pengobatan :
Berikan minyak tanah, parafin atau vaselin (petroleum jelly) pada tempat kutu secara berulang-ulang
Kelupaslah kulit dari batang kayu yang dipakai untuk kandang unggas agar parasit tidak dapat bersembunyi di bawahnya.
Hindari kandang yang terlalu penuh.
Bersihkan kandang dan sarang secara teratur dan menyeluruh
Semua alas tidur, alas kandang dan kotoran harus dibuang.
Tebarkan abu atau kapur di lantai dan dinding sarang dan kandang ayam.
Asapi kandang dan sarang secara teratur.
Pada situasi serangan yang parah, kandang dan sarang unggas harus dibakar dan dibangun kembali di lokasi yang berbeda.
Biarkan unggas bermain-main di abu bekas pembakaran.
Gunakan bubuk pembersih insektisida atau semprotan jika tersedia.
Semua unggas harus diobati secara bersamaan.
Jika tidak, parasit dari unggas yang tidak diobati akan segera menular kembali ke unggas yang telah diobati.
Semprot atau taburi insektisida sarang dan kandang ayam karena kutu dan tungau bersembunyi dari unggas.
Ulangi pengobatan setelah 1 minggu (Insektisida tidak membunuh telur tungau, Tungau muda tumbuh di dalam telur dalam waktu 1 minggu).
- Pencegahan : Kondisi pemeliharaan yang baik dan tindakan sanitasi

Demikian 10 jenis penyakit penting pada ayam beserta pencegahan, pengobatan dan penanganannya.
Semoga Bermanfaat..
#MZF

FORMALIN ALAMI

Formalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya pun tidak sulit sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh produsen pangan yang tidak bertanggung jawab.
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti daging, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan hingga terus meresap kebagian dalamnya.
Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila daging ditekan terasa lebih kenyal.
Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam.
Itulah sebabnya makanan berformalin lainnya menjadi lebih awet..

Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang protein yang banyak terdapat di dalam tubuh  manusia.
Terlebih, bila formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki dosis tinggi.

Daging merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Kandungan gizi daging yang lengkap, pH mendekati netral, dan kandungan aktifitas air tinggi menjadi lingkungan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme pembusuk.
Hal ini lah yang membuat beberapa pedagang nakal untuk mencurangi pembelinya dengan memberi formalin agar dagangannya dapat bertahan lama dan dengan keadaan fisik yang masih baik.

Beberapa teknologi telah dikembangkan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk, baik secara fisik, kimia maupun biologis.
Secara fisik, teknologi pengawetan daging meliputi pencucian dengan air panas, iradiasi, ultrasound, pendinginan dan pembekuan.
Secara kimia, teknologi pengawetan daging mencakup pemakaian asam organik dan klorin atau fosfat.
Secara biologi, pengawetan daging dapat menggunakan bakteriofage dan bakteriosin.

Penggunaan bahan kimia sebagai pengawet merupakan cara yang paling banyak dilakukan.
Vinegar merupakan jawaban kecemasan akan kesehatan yang terancam dari efek formalin yang masuk ketubuh melalui makanan.
Vinegar yang terbuat dari kulit pisang atau air kelapa aman digunakan sebagai pengawet alami daging segar.

Dengan Vinegar lah daging segar dapat lebih awet namun tidak mengakibatkan kerusakan pada tubuh setelah menkomsumsinya baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Vinegar dihasilkan dari fermentasi bahan yang mengandung gula atau pati menjadi alkohol dan difermentasi lebih lanjut menjadi vinegar.
Pembuatan vinegar tidak terlalu sulit karena bahan utama yang mudah didapat.
Selain aman juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen pada daging segar.

Ada dua macam vinegar yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui BB Pascapanen.
Pertama Vinegar kulit pisang, kulit pisang merupakan limbah dengan jumlah yang cukup banyak.
Proporsi kulit pisang terhadap bobot buah cukup tinggi, yaitu 1 : 4.
Artinya, bobot kulit seperempat kali dari bobot buah pisang. Kulit pisang umumnya dibuang atau digunakan sebagai pakan ternak kini dapat diolah menjadi vinegar.

Kedua Vinegar air kelapa, komposisi buah kelapa terdiri atas 33% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah, dan 25% air.
Ketersediaan air kelapa di Indonesia mencapai lebih dari 900 juta liter per tahun.
Selain untuk produk nata de coco, air kelapa juga berpotensi diolah menjadi vinegar.

Keunggulan teknologi ini adalah biaya produksi yang murah karena bahan bakunya dari limbah pertanian dan mudah didapat, mudah diaplikasikan, tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak merubah rasa dan warna daging.

Tuesday, April 12, 2016

Cara budidaya jamur merang dengan media kardus Praktis dan Hemat Tempat

Cara budidaya jamur merang dengan media kardus Praktis dan Hemat Tempat


Keunggulan media jamur kardus sebagai berikuy:
Cara pengolahannya singkat, hanya dgn disobek-sobek, direndam dengan air kapur selama 5 hari.
Kardus siap dimasukkan ke dalam kumbung atau rak (tidak perlu dikomposkan seperti jamur dengan media jerami)
Produksi rata-rata bisa mencapai 6-7 kg bahkan lebih, asalkan mengacu pada kunci keberhasilan produksi.
Jamur yang dihasilkan lebih kenyal, aromanya wangi, warna lebih putih.

Penyiapan Media
Bahan utama kardus
Bahan tambahan lainnya :
1. Pupuk NPK berfungsi sebagai unsur hara makro primer untuk merangsang pertumbuhan pada fase awal atau pertumbuhan vegetatif misalnya pertumbuhan akar.
2. Bioboost berfungsi merangsang pertumbuhan jamur agar tumbuh buah besar dan kenyal, serta tumbuh serempak.
3. Dedak halus, sbg makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur.
4. Kapur, untuk menetralisasi kardus.
5. Tepung beras ketan 3 kg.
6. Bonggol pisang (bukan batang).
7. Limbah sayuran dari tanaman kubis, bungkol, pecsai, caisin, dan kangkung (minta aja dipasar gratis soalnya di buang).
8. Arang sekam, sebagai pelapis akhir media, berfungsi menstabilkan suhu tempat tumbuh jamur

Contoh komposisi dalam satu kumbung dengan sistim 2 rak :
1. Bibit 60 botol
2. Kardus 300 kg
3. Bekatul atau dedak halus 75 kg
4. Kapur/Kaptan 50 kg
5. Arang sekam 15 karung
6. Bonggol pisang 15 bonggol (75 kg)
7. Limbah sayur 10 karung
8. Pupuk NPK 1 kg

Sebelum dilakukan penanaman
1. Sobek-sobek kardus hingga ukuran 5-10 cm rendam kardus dengan larutan kapur (45 kg kapur dalam air sampai semua kardus terendam) bak kolam berukuran 4x6 m yang dibuat dari terpal plastik, taburkan pupuk NPK dalam rendaman, biarkan hingga 5 hari.
2. Potong-potong bonggol pisang dan limbah sayuran hingga menjadi potongan kecil.
3. Hancurkan bibit jamur dari botol, campurkan dengan tepung beras ketan.

Penanaman
1. Taburkan sisa kapur sebagai dasar media
2. Tuangkan media kardus yang sudah ditiriskan ke atas rak dalam kumbung.
Bentuk media tersebut menjadi gundukan-gundukan dengan 30x30 cm dan tinggi 10 cm, tiap rak berjejer dua baris gundukan.
3. Taburkan setengah bagian campuran limbah sayuran dan bonggol pisang
4. Lapisi kembali gundukan dengan media kardus setinggi 10 cm, lalu taburkan sisa dedak atau bekatul, bonggol pisang dan limbah sayuran.
Media tanam terdiri dari dua lapisan media.
5. Lakukan pasteurisasi untuk mensterilkan media dan ruangan dalam kumbung.
Dengan memasukkan uap panas (bersuhu 60-70 derajat C) selama 6-8jam.
Untuk hasil yang lebih baik, ulangi pemanasan uap ini dengan suhu yang sama selama 4 jam.
Saat dilakukan pasteurisasi, kumbung ditutup rapat (caranya di sebelah kumbung di pasang 2 drum yang diberi air yang dipanaskan, uapnya dialirkan dalam kumbung, untuk menghemat bahan bakar air ditambah sedikit-sedikit).
6. Turunkan suhu sampai 30 derajat C dengan membuka jendela kumbung.
7. Tanam bibit jamur di media (2 botol/m2).
Sebagian sebagian bibit dibenamkan dalam gundukan media.
Sisanya ditaburkan merata di atas seluruh permukaan media.
8. Taburi dengan arang sekam yang sudah dicampur dengan air dan Bioboost.
9. Tutup rapat media yang sudah ditanami dengan plastik transparan.

Pemeliharaan
1. Suhu ruang dijaga 28-35 derajat C
2. Pada hari kelima, pada pukul 00.00-06.00, buka plastik penutup media dan jendela kumbung.
Lalu semprot dengan 10 liter air cucian beras yang dicampur dengan 10 tutup Bioboost dengan bantuan hand sprayer.
3. Selanjutnya setiap hari plastik dibuka selama 10 menit untuk menjaga sirkulasi udara dan atur supaya pada pukul 07.00-11.00 siang sinar matahari masuk dalam kumbung.
4. Aplikasi Bioboost dilakukan seminggu sekali.

Pasca Pemanenan
Jamur sudah dapat dipanen setelah berumur 10-14 hari sejak penanaman.
Panen bisa dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur sebulan.
Jamur merang dipanen sebelum mekar, yaitu kancing stadium telur.

Selamat Mencoba..

Budidaya Jamur Kuping

Budidaya Jamur Kuping



Beberapa tahapan yang harus dipersiapkan.

Persiapan Bibit Jamur
Sebelum menekuni bisnis budidaya jamur kuping, sebaiknya persiapkan terlebih dahulu bibit jamur yang berkualitas unggul untuk mendapatkan hasil panen yang optimal.
Bagi yang mau menjalankan usaha skala rumah tangga, sebaiknya membeli bibit jamur yang sudah siap pakai (bibit F4).
Tetapi bagi yang berencana membuka perusahaan jamur skala industri (besar), bisa membiakkan bibit murni untuk mendapatkan bibit jamur F1.

Persiapan Budidaya Jamur
Bagi yang mau membudidayakan jamur kuping dengan media tanam berupa baglog, bisa memulai usaha dengan tahapan berikut ini:

Langkah pertama yang perlu disiapkan adalah membuat media tanam yang sesuai dengan habitat asli jamur kuping.
Saat ini media tanam yang banyak digunakan berupa baglog yang berisi campuran serbuk gergaji kayu (85-90%), bekatul (10-15%), kapur (1-2%), serta tambahan Bioboost dan air secukupnya.

Untuk mendapatkan media tanam yang ideal, lakukan fermentasi selama 3-5 hari hingga suhu media mengalami pengingkatan sampai 70ºC.
Selama proses fermentasi, lakukan pembalikan setiap 2-3 kali sehari.
Pastikan media yang siap digunakan berubah warna menjadi cokelat atau kehitaman.

Selanjutnya masukan media ke dalam plastik tahan panas, kemudian padatkan menggunakan alat pengepres atau dipukul-pukul menggunakan botol bekas hingga plastik menyerupai baglog.
Selanjutnya pada bagian atas plastik dipasang ring (cincin), dan ditutup dengan kapas agar media tidak kemasukan air saat proses sterilisasi.

Tahapan keempat yaitu sterilisasi media, proses ini dilakukan dengan cara menguapi baglog yang telah ditutupi kapas.
Sterilisasi dilakukan pada suhu 95-120º selama 6 sampai 8 jam.
Bila proses sterilisasi telah selesai, selanjutnya proses penanaman (inokulasi) dapat Anda lakukan jika suhu baglog telah kembali normal.
Sebelum menanamkan bibit jamur ke dalam baglog, perlu dilakukan sterilisasi bibit jamur agar terhindari dari organisme lain yang mengganggu pertumbuhan miselium.
Caranya sebelum menamam semprotkan terlebih dahulu alkohol 70% pada kedua telapak tangan. Kemudian panaskan stik besi diatas api spritus, lalu semprotkan botol bibit dengan alkohol agar steril, buka tutup kapas baglog diatas api spritus dan masukan bibit jamur ke dalam baglog dengan bantuan stik besi yang telah disterilkan.
Tutup kembali baglog dengan kapas, setelah bibit jamur selesai ditanamkan.

Setelah bibit jamur ditanam, lakukan inkubasi selama 4-8 minggu dengan suhu 28-35ºC, tingkat kelembapan 80% dan bantuan cahaya lampu TL 60 watt.
Jika lebih dari 5 minggu masa inkubasi dan belum ada tanda-tanda pertumbuhan miselium, maka dimungkinkan proses inokulasi gagal sehingga terkontaminasi.

Bila proses inkubasi telah selesai, proses selanjutnya adalah memindahkan baglog jamur kuping ke dalam ruang kumbung jamur yang telah disiapkan.
Lakukan pelubangan baglog menggunakan silet yang telah disterilisasikan.
Kemudian atur baglog dengan rapi, dan lakukan penyiraman secara rutin setiap 2-4 kali per hari.
Aplikasi Bioboost dilakukan setiap seminggu sekali.

Pemanenan jamur dapat dilakukan dengan cara mencabut jamur kuping beserta akarnya.
Bila ada akar yang tertinggal, maka bersihkan lubang agar tidak mengganggu pertumbuhan jamur kupir generasi berikutnya.

Teknik Budidaya Melon Organik di Pot

Teknik Budidaya Melon Organik di Pot

Syarat Tumbuh Melon
Melon dapat tumbuh dan berbuah dengan baik pada ketinggian antara 200-800 mdpl
Curah hujan 1400-2500 mm/th
Kelembaban udara 60-70%
Jenis tanah yang baik adalah liat berpasir yang mengandung banyak bahan organik


Persiapan dan Penyeleksian Benih

Pertama-tama belilah bibit di berbagai toko pertanian rata-rata benih yang dijual saat ini sudah berkualitas dan tidak rentan terhadap hama dan penyakit.
Setelah benih didapat rendam bibit melon pada air + 1 tutup Bioboost selama 12 jam.
Benih yang baik hanyalah benih yang tenggelam dan tidak mengapung.
Selanjutnya benih ditiriskan dari air rendaman dan diletakkan pada ruangan yang lembab dan gelap menggunakan alas kain yang telah dibasahi.


Persiapan Media Tanam

Menanam melon dipot secara organik memerlukan media tanam yang juga organik.
Dalam membuat media tanaman organik haruslah tepat. Bahan-bahan yang diperlukan adalah tanah andosol, kompos dan arang sekam dengan perbandingan 2:1:1 lalu aduk secara merata dengan air campuran Bioboost.


Penanaman Bibit Melon

Bibit melon dapat ditanam ketika telah berumur 2 minggu dan telah memiliki 3-4 helai daun muda.
Agar tanaman dapat terjaga kelembabanya penanaman dilakukan pada sore hari dan sebelum ditanam kedalam pot media tanam harus disiram dengan air secukupnya + Bioboost.
Masukkan bibit kedalam pot dan upayakan agar akar dapat berdiri tegak.


Pemeliharaan Tanaman

Pemasangan Ajir
Ketika tanaman telah menampakan pertumbuhan rambatannya maka hal yang harus dilakukan adalah memasang ajir tanaman.
Pemasangan ajir tanaman selain untuk menopang pertumbuhan cabang tanaman juga dapat mempercantik bentuk tanaman.
Ajir yang dipasang bisa menggunakan bambu yang telah dipotong.
Potong bambu dengan panjang 1,5 meter.

Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan tanaman bertujuan agar nutrisi untuk pertumbuhan calon buah dapat terfokus hanya pada buah tersebut.
Lakukanlah pemangkasan pada cabang ke 8-12 karena pada cabang ke 6-7 biasanya buah akan tumbuh.

Pemupukan
Lakukan pemupukan dengan mengaplikasikan pupuk kompos dan Bioboost sebagai perangsang pertumbuhan buah.
Pemupukan dilakukan pada minggu ke 3 setelah tanam dengan dosis pemupukan kira-kira satu genggam kompos dan 250 ml campuran Bioboost.

Pengendalian Hama dan Penyakit
Melon memang termasuk salah satu tanaman buah yang memiliki kerentanan terhadap hama dan penyakit.
Namun dengan menanam melon pada pot jelas akan menurunkan tingkat serangan tersebut asalkan dalam persiapan bibit dan media tanam dilakukan dengan hati-hati. Hama yang biasa menyerang melon adalah ulat daun, tungau dan aphids sedangkan penyakit yang berpotensi menyerang melon antara lain layu fusarium, busuk daun dan embun tepung.
Hama dan penyakit yang disebutkan diatas adalah hama yang biasa menyerang melon pada budidaya melon secara kovensional namun juga berpotensi menyerang melon yang anda tanam di pot.
Jika hama dan penyakit tersebut menyerang anda dapat melakukan pengendalian hama secara manual namun apabila telah mewabah segera aplikasikan pestisida nabati.

Pemanenan
Buah melon yang sudah dapat dipetik adalah buah melon yang sudah matang secara keseluruhan.
Melon dapat dipanen setelah 3 bulan dari saat penanaman.
Cara memetik buah melon adalah dengan cara memotong tangkai buah sekitar 3 cm dari buah.

Selamat Mengaplikasikan..

Jenis Jenis Pupuk Kompos-Pupuk Organik

Jenis-jenis Pupuk Kompos - Pupuk Organik

Pupuk Kompos merupakan salah satu dari beberapa jenis pupuk organik.
Pupuk kompos dibuat dengan menggunakan bahan baku dari sisa tanaman dan hewan yang diurai oleh organisme pengurai. Organisme pengurai yang digunakan untuk mengurai kompos bisa menggunakan mikroorganisme maupun makroorganisme.
Sejatinya kompos sudah ada sejak dahulu kala dan tanpa campur tangan manusia atau dengan kata lain alami. Di alam bebas pengomposan terjadi melalui proses penguraian material organik.
Bukti bahwa di alam bebas terdapat pengomposan alami dapat dilihat dengan adanya humus.
Namun pengomposan di alam bebas sangat berbeda dengan buatan.
Di alam bebas pengomposan terjadi sangat lama bahkan sampai bertahun-tahun sedangkan pengomposan buatan oleh manusia dapat berjalan dengan cepat karena hanya membutuhkan waktu paling lama 2 bulan.

Pupuk organik akhir-akhir ini memang sedang naik daun karena kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan organik semakin tinggi.
Maka dari itu petani selaku produsen harus memahami keinginan masyarakat tersebut.
Cara pembuatan pupuk kompos sangatlah mudah semua orang pun bisa mempraktekannya.


Jenis-jenis Pupuk Kompos

1.  Pupuk Kompos Aerob
Pupuk kompos aerob merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan menggunakan oksigen.
Untuk bahan bakunya, pupuk kompos aerob sama dengan jenis pupuk kompos pada umumnya yaitu dengan menggunakan sisa tanaman dan kotoran hewan.
Lama proses pembuatan pupuk kompos aerob sangat tergantung dengan dekomposernya.
Oleh karena itu dianjurkan untuk menggunakan dekomposer berkualitas yang banyak di jual di pasaran.
Waktu yang dibutuhkan untuk membuat pupuk kompos aerob sekitar 55-65 hari.

2.  Pupuk Bokashi
Pupuk bokashi merupakan jenis pupuk kompos anaerob yang paling populer.
Pupuk bokashi dibuat dengan cara anaerob tanpa melibatkan oksigen melainkan dibantu oleh mikroorganisme starter seperti Bioboost.
Proses pembuatan pupuk kompos bokashi terbilang lumayan singkat karena bantuan Bioboost.

3.  Pupuk Vermikompos
Vermikompos dibuat dengan memanfaatkan makroorganisme sebagai pengurainya.
Jenis makroorganismenya antara lain cacing tanah dan cacing lumbricus.
Cara membuat vermikompos sangatlah mudah hanya perlu ketelatenan karena anda perlu mengumpulkan cacing terlebih dahulu.
Caranya dengan memberikan pakan tanah kepada cacing tanah atau cacing lumbricus.
Nantinya yang akan digunakan sebagai pupuk adalah kotoran dari cacing.

4.  Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah jenis pupuk kompos yang dapat dibuat melalu proses aerob atau anaerob.
Pupuk organik cair dibuat melalui proses pengomposan secara basah.
Pupuk organik cair sangat baik digunakan untuk sayuran seperti kangkung, bayam, seledri dan lain sebagainya.
Cara pengaplikasian pupuk organik cair lebih efektif apabila diaplikasikan pada daun ketimbang pada daerah sekitar perakaran.
Cara membuat pupuk organik cair sangat mudah dan dapat anda praktekan dirumah.


Itulah jenis-jenis pupuk kompos yang mungkin belum anda pahami.
Semoga bermanfaat..!!!

Teknik Budidaya Jamur Merang

Teknik Budidaya Jamur Merang

 Jamur merang atau Vorvariella volvaceae adalah salah satu spesies jamur konsumsi yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia bahkan asia.

Jamur merang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi ketimbang saudaranya jamur tiram.
Budidaya jamur merang lebih kondusif jika dilakukan pada dataran rendah.
Berbeda dengan jamur tiram yang dapat tumbuh baik pada dataran tinggi.


Pembuatan Kumbung (tempat budidaya)
Kumbung adalah tempat yang dibuat sebagai tempat budidaya jamur merang nantinya.
Jamur merang adalah tipe tumbuhan yang akan tumbuh baik jika tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Kumbung dapat dibuat dari bambu dengan dinding gribik dan atap plastik.
Untuk ukuran kumbung dapat menyesuaikan lokasi budidaya.
Untuk dinding kumbung diberi lapisan Styrofoam agar suhu ruangan tetap hangat.
Buat jendela agar udara dapat bersirkulasi.
Buat rak-rak untuk meletakkan media tumbuh jamur merang.
Rak dapat dibuat bertingkat-tingkat agar lebih menghemat tempat.
Sediakan lampu neon 60 watt untuk menjaga suhu ruangan.
Jumlah lampu dapat menyesuaikan luas kumbung.


Persiapan Media Tumbuh

Persiapan Media Tumbuh Jerami
Media tumbuh untuk jamur merang adalah campuran limbah kapas dan jerami dengan perbandingan 2:1.
Campurkan juga kapur pertanian 4-5%.
Setelah itu diaduk hingga benar-benar tercampur rata, lalu rendam pada air selama 24 jam.
Selanjutnya peras hingga tersisa sedikit air, lalu letakkan pada lantai ruangan dan ditumpuk, semprot dengan air campuran Bioboost.
Biarkan tumpukan tersebut selama 2-5 hari hingga proses fermentasi berhasil dan aduk tumpukan tersebut 2 hari sekali.

Kontruksi Pembangkit Uap
Penguapan untuk kumbung bertujuan agar merangsang pertumbuhan jamur serta menjaga suhu ruangan agar tetap tinggi.
Pembuatan pembangkit uap sendiri dapat dilakukan dengan memakai 2 buah drum yang tersambung dengan pipi dari bambu.
Drum tersebut diletakkan diatas tungku.
Setelah itu sambungkan drum ke kumbung dengan pipa paralon yang tebal.
Pipa paralon masuk ke kumbung dengan 3 buah percabangan dan buat lubang pada paralon yang masuk ke kumbung.
Masukkan dan letakkan pipa paralon ke lantai kumbung.

Pengisian Media Tumbuh dan Pasteurisasi
Setelah proses fermentasi media tumbuh selesai dilanjutkan dengan membagi media tumbuh ke rak-rak yang telah disediakan.
Setelah itu lakukan penguapan pada kumbung hingga suhu mencapai 70-75 derajat celcius biarkan suhu tersebut bertahan selama kurang lebih 4 jam.
Setelah penguapan kumbung selesai biarkan kumbung terlebih dahulu hingga suhunya kembali normal ke angka 30-32 derajat celcius.

Ketika temperatur telah normal kembali tebarkan bibit pada media tumbuh.
Bibit yang ditebar sebanyak 5% dari berat basah media tumbuh.
Tebarkan bibit pada permukaan media tumbuh dan biarkan selama 3-4 hari dengan jendela ditutup.
Usahakan agar suhu ruangan tetap berada pada angka 30-34 derajat celcius.
Setelah 1 minggu bibit dibiarkan lalu usahakan bibit terkena sinar matahari.
Namun apabila ruangan tidak memungkinkan untuk mendapat sinar matahari, ruangan harus diberi lampu dengan watt tinggi agar ruangan dapat memiliki suhu yang tinggi.
Pemanasan dengan cahaya matahari bertujuan agar primodia jamur dapat cepat terbentuk.

Pengairan
Lakukan penyemprotan minimal 2 kali sehari.
Sebab suhu yang tinggi membuat media tumbuh mengering.
Penyiraman dilakukan dengan handsprayer agar penyiraman dapat merata.
Campurkan Biboost dengan air yang akan dipergunakan untuk menyiram.
Dosis 1 L : 100 Liter air.


Pemeliharaan Budidaya

Pemeliharaan budidaya meliputi, kebersihan kumbung agar hama dan penyakit tidak menyerang serta membasmi jenis jamur lain yang tumbuh pada media tumbuh jamur merang.
Pertahankan suhu 30-34 derajat Celcius agar pertumbuhan jamur merang dapat berjalan dengan baik.


Panen Budidaya Jamur Merang

Jamur merang pertama kali dapat dipanen ketika berumur 20-30 hari setelah penebaran bibit.
Proses pemanenan jangan menunggu hingga jamur mencapai ukuran maksimalnya.
Cara pemanenan jamur merang dengan cara mencabut jamur dengan cara diputar dengan hati-hati agar jamur yang berada disampingnya tidak rusak.
Lakukan pemanenan setiap 2 hari sekali.
Pemanenan dapat dilakukan selama 30 hari.
Produktivitas jamur merang yang baik adalah 13,5-14 kg per 50 kg jerami kering.


Pasca Panen

Setelah pemanenan jamur merang harus dibungkus menggunakan kain batis agar masa simpan jamur merang dapat lebih lama.
Cara lain untuk memperpanjang umur simpan jamur adalah dengan cara memasukkan jamur pada kotak Styrofoam lalu berikan es batu didalamnya dan tutup kembali kotak dengan Styrofoam.
Langkah tersebut terbilang efektif untuk mendistribusikan jamur merang ke lokasi yang jauh.

Selamat Mencoba..

Monday, April 11, 2016

CARA PEMBUATAN PUPUK BOKASHI CAIR

Bokashi Cair (untuk 200 liter)

Bahan:
- Pupuk kandang 50 kg (kotoran kambing, ayam, sapi, dll)
- Hijauan daun (secukupnya)
- K-Bioboost 1 liter
- Gula pasir 1 kg
- Terasi 1 kg
- Air bersih 200 liter

Tahapan Pembuatan:
1. Pupuk kandang dihaluskan.
2. Gula pasir – Terasi – Bioboost dilarutkan dalam air.
3. Campuran pupuk kandang dan larutan gula dimasukkan ke dalam drum plastik kemudian ditambahkan air bersih hingga volumenya mencapai 200 liter.
4. Drum ditutup rapat, Setiap hari dibuka dan diaduk selama 15 menit.
5. Bokashi cair akan siap digunakan setelah 3–5 hari.

Aplikasi:
1 liter Bokashi dicampur dengan 10 liter air bersih.
Selanjutnya, siramkan pada tanah di sekitar tanaman atau disemprotkan pada daun sebanyak 0,25–1 liter tergantung jenis tumbuhan.

MZF

Sunday, April 3, 2016

Pengaruh negatif penggunaan pupuk kimia

Pengaruh negatif penggunaan pupuk.

A. Pengaruh negatif pupuk urea
Tanah akan bersifat agak asam
Penggunaan urea berlebihan dalam kurun waktu yang berdekatan akan mengurangi proses tumbuhnya kecambah dari suatu bibit dan mengurangi daya serap akar.

B. Pengaruh negatif pupuk superfosfat
Jika kelebihan superfosfat, tanah akan kelebihan asam.
Hal ini dikarenakan superfosfat dapat meningkatkan konsentrasi hydrogen dalam tanah.
Dapat bersifat racun bagi tanaman jika diberikan pada tanaman yang tumbuh pada tanah yang mengandung banyak unsur aluminium.
Hal ini dikarenakan superfosfat dapat mempercepat pembentukan racun aluminium, atau toxic aluminium.

C. Pengaruh negatif pupuk ammonium sulfat
Dapat bersifat racun bagi tanah jika diberikan pada tanah tanpa disertai kapur.
Tanpa adanya batuan kapur, ammonium sulfat akan bebas bereaksi dengan besi, aluminium, dan mangan membentuk racun besi, aluminium, dan mangan.
Kelebihan pupuk ammonium sulfat mengakibatkan tanah besifat asam.
Dengan demikian, pupuk ini harus diberikan pada tanah yang bersifat basa.

Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Kimia

Dampak Negatif Penggunaan Pestisida Kimia yang Tidak Bijaksana

Kita ketahui bersama hama dan penyakit tanaman dapat menyebabkan berkurangnya hasil pertanian bahkan bisa menyebabkan kegagalan panen.
Inilah yang menjadi tantangan besar bagi petani dalam berusaha tani.
Kadang petani sudah mengeluarkan banyak biaya untuk membeli benih, pupuk, dan biaya lainnya, tetapi pada akhirnya tidak sampai panen.
Hal inilah yang menyebabkan para petani menggunakan cara instan yaitu menyemprot tanaman dengan pestisida kimia untuk mengatasi hama dan juga penyakit pada tanaman tersebut.

Penggunaan pestisida kimia memang berhasil membantu petani mengatasi hama penyakit tanaman dan meningkatkan produksi atau hasil pertanian cukup tinggi.
Namun ternyata pemakaian pestisida secara terus menerus dengan dosis yang semakin meningkat menyebabkan dampak yang luar biasa pula.
Hal inilah yang mengharuskan kita untuk lebih bijaksana dalam pemakaian pestisida dan mencari solusi alternative.

Berikut ini akan kami bahas tentang beberapa dampak negative penggunaan pestisida kimia yang diaplikasi secara terus menerus dan berlebihan:

Hama menjadi Resisten
Resistensi hama terhadap pestisida ini terjadi karena pemakaian pestisida yang sama secara terus menerus. Dampak lanjutan dari resistensi hama adalah akan terjadi peningkatan dosis pestisida sehingga biaya produksi pertanian juga akan semakin tinggi.
Dalam usaha penggendalian hama pada tanaman suatu waktu disemprot pestisida dengan dosis tertentu lain waktu apabila ada serangan hama yang sama disemprot dengan dosis yang sama tidak akan mempan, makanya biasanya dosisnya dinaikkan.
Solusinya kalau tidak bisa mengghindari penggunaan pestisida maka harus dilakukan pergantian jenis pestisida.

Kematian Musuh Alami
Aplikasi pestisida kimiawi secara berlebihan menyebabkan kematian Musuh alami termasuk musuh alami dari jenis predator dan parasitoid.Padahal musuh alami ini sangat berpotensi digunakan untuk pengendalian hama secara hayati.
Dengan kematian musuh alami ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan populasi hama di lahan pertanian.
Apabila musuh alami pada lahan padi yang berperan menggendalikan hama wereng ini mati, maka terjadi ketidakseimbangan antara musuh alami dan hama, akibatnya terjadi serangan wereng yang hebat.

Timbulnya Hama Baru
Timbulnya hama jenis baru dari dampak pestisida ini disebabkan seleksi penggunaan pestisida.
Secara alami hama akan meningkatkan keturunannya karena generasinya terancam punah.

Terjadi Ledakan Hama
Populasi hama yang tidak terkendali karena berkurangnya bahkan tidak adanya musuh alami akan meningkat drastis bahkan, tidak hanya meningkat intensitas serangannya tetapi akan menyebabkan terjadinya ledakan serangan hama.

Akumulasi Bahan Kimia Pada Hasil Pertanian
Produk hasil pertanian yang di aplikasi pestisida kimia akan terjadi akumulasi kimia yang menyebabkan produk tersebut jika di kosumsi secara terus menerus menyebakan penyakit degenerative seperti kangker.

Merusak Lingkungan
Lingkungan pertanian dan sekitarnya akan merasakan dampak dari penggunaan pestisida kimia.
Lingkungan akan tercemar oleh zat kimia berbahaya yang terkandung dalam pestisida.
Ikan, udang dan binatang kecil komponen egroekosistem banyak yang mati.
Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem di wilayah pertanian kita.

Menyebabkan Keracunan
Banyak kasus keracunan akibat dari dampak pestisida baik itu manusia sendiri, binatang ternak, maupun binatang lain sekitar lahan pertanian.

Untuk mengatasi dampak penggunaan pestisida maka pengendalian hama supaya dilakukan dengan bijaksana dan lebih mengutamakan lingkungan.
Hal ini memberikan peluang terjadinya pengendalian secara hukum alam.
Serangga musuh alami akan banyak berperan dalam mengendalikan populasi hama.
Bahkan kalau bisa lebih ditingkatkan dengan menyediakan refugia yang berfungsi sebagai mikrohabitat dan sumber makanan bagi serangga musuh alami.
Refugia ini berupa tanaman berbunga cerah yang ditanam disekitar lahan pertanian.

Semoga kita memahami pentingnya pengetahuan ttg efek negatif dari Pestisida Kimia

PREDATOR DAN PARASITOID

PREDATOR DAN PARASITOID

Setiap pengendalian OPT yang dilakukan untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya haruslah mempertimbangkan dengan seksama setiap keuntungan dan resiko pengendaliannya.
Hal ini berkaitan dan tergantung dari spesies hama yang dihadapi, spesies tanaman, keadaan agroekosistem dan pengelolaan tanaman.
Semua faktor harus dipertimbangkan dengan seksama sebelum dimasukkan dalam satu kesatuan rencana pengendalian.
Seperti pengendalian hama secara hayati yang sehat atau tidak merusak lingkungan dengan menggunakan musuh alami dan agensia hayati.

Pengertian Pengendalian Hayati adalah pengendalian hama tanaman dengan cara biologi yaitu memanfaatkan musuh-musuhnya, disebut musuh-musuh alam atau disebut juga agensia pengendali biologi.
Misalnya untuk mengendalikan hama Helopeltis sp. pada buah kakao dengan pemanfaatan semut hitam (D. thoracicus). Pengembangan semut hitam dapat menempati kebun kakao dengan cara meletakkan bangkai binatang (insang ikan) pada pohon kakao tertentu, setelah semut ini menetap, di pohon lain dengan diletakkan bambu atau daun kelapa kering sebagai jembatan untuk mendekatkan semut dengan hama sasaran.
Pengendalian hayati menggunakan atau memanfaatkan spesies-spesies makhluk hidup tertentu mewakili hewan invetebrata  yaitu serangga, tungau dan nematoda.

Spesies-spesies tumbuhan golongan rendah juga terwakili oleh jamur, bakteri dan virus.
Pemanfaatan ini dimungkinkan karena adanya interaksi antara dua spesies makhluk atas keuntungan yang satu karena memangsa dan yang lain dirugikan karena dimakan. Seorang ahli serangga De Bach memperkirakan di bumi kita ini terdapat sekitar 1 juta spesies serangga, termasuk spesies-spesies serangga yang menjadi musuh alam.
Ditaksir baru 15% dari seluruh spesies serangga musuh alam yang ditemukan dan diidentifikasi.
Musuh-musuh alam yang mewakili dunia serangga dapat digolongkan menjadi dua yaitu Predator dan Parasitoid.

PREDATOR adalah hubungan antara dua spesies dimana yang satu, yaitu parasit memperoleh keperluan zat-zat makanannya dari fisik tubuh yang lain, yaitu inang.

Parasit hidup pada atau di dalam tubuh inang; inang tidak menerima faedah apapun dari hubungan ini meskipun biasanya tidak dibinasakan.
Serangga yang bersifat parasit yang pada akhirnya menyebabkan kematian inangnya tidak tepat bila dimasukkan ke dalam definisi parasit.
Karena itu dibuatkan istilah PARASITOID.
Parasitoid merupakan kata sifat yang mencirikan perilaku makan yang beraneka ragam antara yang benar-benar bersifat parasit dan predator.

PARASITOID adalah serangga yang memparasit serangga lainnya.
Parasitoid pada mulanya memakan seperti parasit dan hidup menyesuaikan diri dalam hubungan fisik yang sangat erat dengan inangnya dan  hanya setelah ia menghabiskan semua makanan yang diperlukan dari tubuh inang, akhirnya inang tersebut binasa.

Terdapat perbedaan pokok antara Predator dan Parasitoid sebagai berikut :

Predator membunuh, memakan atau mengisap mangsanya dengan cepat.
Parasitoid menyedot energi dan memakan selagi inangnya masih hidup;

Predator (nimfa dan imago) dapat memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya (telur, larva/nimfa, pupa, imago).
Parasitoid pada tingkat perkembangan tertentu (larva) mungkin hanya memarasit telur, larva/nimfa, pupa atau imago inangnya;

Predator membunuh mangsa untuk dirinya.
Parasitoid membunuh atau melumpuhkan inang untuk keperluan kepentingan keturunannya;

Predator ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan tubuh mangsanya.
Parasitoid ukuran tubuhnya lebih kecil dibandingkan inangnya;

Seekor Predator memerlukan dan memakan banyak mangsa selama hidupnya.
Seekor Parasitoid memerlukan hanya satu ekor inang selama hidupnya, tetapi pada akhirnya mampu mematikan sejumlah besar inang.

Metamorfosis Predator ada yang sempurna, ada juga yang tidak sempurna.
Metarmofosis Parasitoid adalah sempurna.

Predator ada yang bersifat polifag, oligofag, atau monofag, ada lagi yang bersifat omnifor yaitu mengisap bagian-bagian tertentu dari tanaman, misalnya Geocoris pallens.
Sebaliknya Lygus hesperus yang herbifor juga merupakan predator.
Kebanyakan spesies Parasitoid bersifat monofag, ada juga yang oligofag.

Dari segi perilaku makan, terdapat predator yang mengunyah semua bagian-bagian tubuh mangsanya, misalnya Coccinellidae.
Terdapat juga Predator yang menusuk mangsanya dengan mulut yang berbentuk jarum, lalu mengisap isinya, seperti Reduviidae.
Predator yang tergolong mengisap ini sering menginjeksikan racun-racun keras dan enzim-enzim pencernaan hingga mangsanya lumpuh dan mempermudah mengisap isinya.

Parasitoid yang memerlukan makan kebanyakan ketika Parasitoid tersebut masih dalam stadia larva.
Terdapat imago yang tidak makan, namun ada juga yang masih memerlukan pakan dalam bentuk cairan seperti embun madu, yang dimakan dengan cara mengisap embun madu tersebut.

Keuntungan pengendalian hayati adalah tidak mencemari lingkungan seperti dengan pestisida.
Biaya yang dikeluarkan sangat murah dibandingkan dengan ongkos pestisida.

Berdasarkan informasi di atas diharapkan dalam melakukan pengendalian hayati hendaknya tidak menggunakan pestisida kimia.
Hal ini akan menyebabkan matinya serangga yang bukan target yang dikhawatirkan adalah serangga tersebut merupakan musuh alami, sehingga akan berujung pada ketimpangan ekosistem yang membuat populasi suatu serangga hama meningkat (terjadi peledakan hama).

Go Green - Go Natural
GO FREEDOM..

HAMA DAN PENYAKIT PADA BAWANG MERAH

HAMA DAN PENYAKIT PADA BAWANG MERAH

HAMA

1. Ulat tanah atau ulat pemotong
Hama ini disebabkan oleh ulat Agrotis ipsilon HFN.
Ulat ini berwarna hitam atau coklat bergantung makanannya.
la dapat rusak tanaman muda dengan jalan memotong bagian pangkal batangnya.
Penyerangan terjadi pada sore hari antara pukul 17.00-19.00, dan bersembunyi di dalam tanah di sekitar tanaman.

2. Hama putih atau hama bodas
Hama putih pada bawang merah ini disebabkan oleh sejenis gurem halus yang disebut Thrips tabaci Lind.
Cara penyerangannya dengan jalan menggaruk dan menghisap cairan sel daun bawang tersebut.
Gejala yang ditimbulkan daunnya mula-mula bernoda putih mengkilat seperti perak kemudian menjadi kecoklatan dengan bintik hitam.
Pencegahan serangan hama putih ini dengan jalan menjaga kebersihan kebun dan daerah lahan di sekitarnya dari rumput-rumputan, alang-alang dan tanaman pengganggu sejenisnya.

3. Ulat daun atau ulat bawang
Pada bawang ulat ini merusak daunnya.
Telur kupu-kupu yang baru menetas segera menggiggit daunnya yang masih muda, kemudian larva tersebut masuk ke dalam daun bawang yang berbentuk pipa dan makan dari dalam.
Akibatnya daun bawang berlubang.
Dari luar dapat diketahui dengan melihat gejala yang ditimbulkan pada daun tersebut, yakni jaringan daun menjadi bening (transparant) dan kotoran yang terdapat pada tepi daun.  


PENYAKIT

Dalam bercocok tanam bawang merah telah ditemukan beberapa penyakit yang biasa dihadapi oleh petani bawang di Indonesia.

Beberapa penyakit penting yang berbahaya pada tanaman bawang.

1. Penyakit cekik atau "dumping off"
Penyakit ini sering menyerang tanaman muda yang ditanam dari biji sewaktu masih dipersemaian.
Cendawan ini menyerang bagian tanaman di bawah tanah sampai leher batang (bagian di permukaan tanah), hingga akar dan leher batang busuk dan mengering.
Kemudian tanaman akan layu mendadak tanpa memberikan gejala menguoing pada daunnya.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui biji.
Pencegahannya adalah dengan memberikan perlakuan pada bijinya sebelum ditanam.

2. Penyakit mati pucuk
Penyakit ini mula-mula menyerang ujung daun hingga warnanya menguning, kemudian sel-selnya mati dan mengering.
Selanjutnya gejala menjalar ke bawah sampai ±15 cm.
Bagian daun yang kering ini akhimya terkulai ke bawah sambil membentuk pilin.
Penyakit ini disebarkan melalui udara, dan bersembunyi dalam tanah.
Serangan dapat timbul setiap saat ketika tanaman mulai berumur 1/2 bulan.

3. Penyakit Trotot atau Downy Mildew atau Embun Upas
Penyakit ini dapat menyerang secara sistemis atau lokal dan disebarluaskan melalui udara.
Tanaman yang terserang akan merana dan daunnya akan menjadi pucat serta menguning.
Bila udara lembab daun yang terserang akan menunjukkan gejala bintik-bintik berwarna ungu.
Bila udara kering akan menunjukkan bintik-bintik putih sedemikian rupa, sehingga daun tersebut bintik-bintik besar. Serangan ini akan timbul pada kelembaban udara yang tinggi dan suhu yang dingin, yakni antara 4-25°C. Pada musim kemarau yang malamnya dingin dan lembab penyakit akan menyerang hebat.
Pada musim hujan, serangan penyakit ini dapat menyebabkan kegagalan bagi seluruh tanaman.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemanasan kering (dry heating) dengan suhu 41°C selama lebih dari 4 jam pada umbi-umbi bibit yang diduga mengandung penyakit embun tersebut.

4. Penyakit Noda Ungu
Penyakit ini menyerang daun, tangkai bunga dan umbi bawang.
Penyakit ini menyerang tanaman bawang melalui luka atau mulut kulit dan memberikan gejala bintik lingkaran konsentris wama ungu pada pusatnya yang melebar menjadi semakin tipis dan akhirnya berwarna abu-abu pada daerah sekitarnya. Bagian yang rusak ini umumnya membentuk cekungan.
Diduga penyebaran penyakit ini melalui umbi bibit dan percikan air dari dalam tanah.
Gejalanya sering timbul bersama-sama dengan penyakit embun upas.
Penyakit ini sulit diberantas, tetapi pada bawang merah lebih tahan daripada bawang Bombay, sehingga penyakit ini jarang ditemukan pada tanaman bawang merah.

Semoga bermanfaat..

Macam macam varietas bibit padi unggul

Macam varietas Bibit Unggul di Indonesia sangat beragam dan sangat banyak dan saya akan membahas berbagai macam varietas padi unggul yang ada di Indonesia sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk dipakai dalam memilih bibit.

BIBIT PADI HIBRIDA
Bibit Padi Hibrida adalah bibit padi yang dirancang untuk sekali tanam, artinya jika ditanam ke dua maka hasilnya akan langsung turun.
Padi Hibrida ini didesain untuk membuat petani memiliki rasa ketergantungan karena akan selalu membeli bibit padi ini. Oleh karena itu saya tidak merekomendasikan anda memilih jenis bibit seperti ini.

Tetapi untuk pengetahuan saja kita boleh mengetahui jenis padi hibrida apa saja:
Intani 1
Intani 2
PP1
H1
Bernas Prima
Rokan
SL 8
SL 11 SHS
Segara Anak
SEMBADA B3
SEMBADA B5
SEMBADA B8
SEMBADA B9
Hipa4
Hipa 5 Ceva
Hipa 6 Jete
Hipa 7
Hipa 8
Hipa 9
Hipa 10
Hipa 11
Long Ping
Adirasa-1
Adirasa-64
Hibrindo R-1
Hibrindo R-2
Manis-4
Manis-5,
MIKI-1,2,3
SL 8 SHS,
SL 11 HSS

Bibit yang tersebut di atas adalah salah satu bibit yang sangat unggul dan sangat cocok jika anda adalah petani besar dan hanya membutuhkan hasil yang melimpah tanpa harus pusing membeli bibit unggul karena untuk per kilonya harga bibit hibrida cukup mahal.

BIBIT PADI UNGGUL
Bibit Padi unggul sangat banyak di Indonesia, karena penelitian untuk mencari bibit padi yang unggul selalu dilakukan dan senantiasa berkembang.
Dengan bibit padi unggul maka kesuksesan memperoleh hasil padi bisa sama dengan bibit yang pertama kali dipakai selama kemurnian bibit itu dijaga.

Ciri-ciri bibit unggul adalah bibitnya sudah diakui dengan SK Kementerian Pertanian dan diresmikan oleh negara.
Karena Negara Indonesia juga sangat mendorong majunya pertanian di Indonesia.

Berikut ini contoh varietas padi bibit unggul yang sudah terkenal di Indonesia:
Pak Tiwi1
Ciherang
IR-64
Mekongga
Cimelati
Cibogo
Cisadane
Situ Patenggang
Cigeulis
Ciliwung
Membramo
Sintanur
Jatiluhur
Fatmawati
Situbagendit
Inpara
Cilosari
Diah Suci
Bestari
Inpago dan lain sebagainya.

BIBIT PADI LOKAL
Bibit padi lokal adalah bibit yang biasa dalam suatu daerah.
Sehingga terkenal pada suatu daerah tertentu.
Bibit padi lokal biasanya memiliki keunggulan dan kelemahan sama seperti bibit padi unggul, tetapi sudah menjadi budaya daerah untuk tetap menanamnya karena suatu alasan tertentu.

Berikut ini adalah contoh bibit padi lokal:
Dharma ayu
Pemuda idaman  (Indramayu)
Gropak
Ketan tawon
Gundelan (Malang)
Merong (Pasuruan)
Sumenep
Srimulih
Andel Jaran
Ketan Lusi
Ekor Kuda
Gropak (Kulon Progo-Jogja)
Angkong
Bengawan
Engseng
Melati
Markoti
Longong
Rejung Kuning
Umbul-umbul
Tunjung
Rijal
Sri Kuning
Untup
Tumpang Karyo
Rangka Madu
Sawah Tembaga
Tjina
Gandamana (Banyumas)
Sariwangi
Mentik wangi
Sriwulan

Ada yg mau menambahkan?

Cara mengendalikan Hama Sundep dan Beluk pada tanaman Padi

Cara mengendalikan Hama Sundep dan Beluk pada tanaman Padi

Pada musim kemarau, tanaman padi sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Salah satu hama yang menyerang tanaman padi adalah penggerek batang.
Hama ini akan semakin pesat perkembangannya ketika didukung oleh cuaca yang panas dan kondisi air yang tergenang.
Jika diperhatikan, sebenarnya hama ini menyerang sejak tanaman berada dipersemaian.
Namun belum menunjukkan gejala yang jelas, sehingga para petani kurang waspada terhadap serangan hama tersebut.
Telur, larva dan pupa yang berada di persemaian akan terbawa ke pertanaman padi.


Penggerek batang ini menyerang tanaman pada dua fase tumbuh tanaman setelah tanam:

1. Pada vase vegetatif (fase pertumbuhan) disebut sundep, yang ditandai dengan gejala daun padi yang terserang daunnya akan menguning (semakin berat serangan maka kuning pada daun tersebut akan semakin rata), pucuk batang yang digerek menjadi kering dan mudah dicabut, bila dicabut ada bekas gerekan dan kadang-kadang larva nya masih ada pada pangkal batang.

2. Pada fase generatif (fase produksi) disebut beluk, yang ditandai dengan gejala malai akan mati karena tangkainya dikerat oleh larva, malai yang mati akan tetap tegak berwarna abu-abu putih dan bulirnya hampa, mudah dicabut dan pangkalnya terdapat bekas gigitan larva.

Kadang-kadang lebih dari satu jenis penggerek yang menyerang tanaman padi, kedatangannya pun tidak bersamaan, namun hasil identifikasi dilapangan menunjukkan bahwa kerusakan sundep atau beluk didominasi oleh penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih.
Dengan mengetahui gejala serangan penggerek batang padi, jenis dan waktu serangannya maka pengendalian hama ini tidaklah sulit.

Adapun beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengendaliannya yaitu :

1. Pengendalian hama penggerek batang padi dengan teknik budidaya.
Merupakan cara penekanan populasi hama maupun pencegahan resiko kerugian akibat serangan penggerek batang padi dengan cara bercocok tanam.
Cara-cara yang dapat dilakukan dalam bercocok tanam padi untuk menghindari serangan hama penggerek batang, antara lain :

- Penggunaan varietas tahan penggerek batang
Contoh varietas yang tidak direspon baik oleh penggerek batang padi adalah IR40, IR72 dll.

- Penentuan waktu tanam
Tindakan ini bisa bersifat upaya pengendalian populasi maupun pencegahan serangan.
Penentuan waktu tanam yang tepat diharapkan bisa menghindari serangan penggerek batang padi.
Ini dikarenakan penerbangan ngengat serangga hama ini mempunyai kekhasan, pada waktu-waktu tertentu jumlahnya sangat banyak dan di saat yang lain praktis sedikit.
Di daerah tropis yang biasa ditanami padi 2 atau 3 kali dalam setahun, siklus hidup penggerek batang padi tidak pernah putus.
Disini endemik serangan sundep/beluk, pembuatan persemaian sebaiknya dilakukan 7-10 hari setelah puncak penerbangan ngengat penggerek.
Pencegahan serangan penggerek batang padi dengan menentukan waktu tanam yang tepat sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu.
Ini dibuktikan adanya kalender tanam (pranoto mongso) sebagai acuan waktu penanaman.

- Rotasi tanaman
Di daerah tropis yang mengenal dua musim dalam setahun biasanya mempunyai pola tanam Padi-Padi-Bera atau Padi-Padi-Palawija.
Untuk menghindari serangan penggerek batang padi perlu dilakukan rotasi tanaman.
Pergiliran tanaman dengan menanam komoditas selain padi dilakukan untuk memutus siklus hidup serangga penggerek batang, misalnya dengan pola Padi-Palawija-Bera, Padi-Palawija-Palawija atau Padi-Sayur-Palawija. Pengendalian dengan rotasi tanaman memungkinkan dilakukan di lahan yang beririgasi setengah teknis atau tadah hujan, sedangkan di lahan beririgas teknis rotasi tanaman sebaiknya dilakukan secara berkala dalam wilayah yang luas.

- Pengolahan tanah dan penggenangan
Pengolahan tanah yang sempurna yaitu membalikkan lapisan olah tanah sampai sisa-sisa tanaman terpendam kemudian digenangi selama beberapa hari sehingga larva yang tertinggal di dalam batang bisa mati dan pupa gagal menjadi ngengat.

- Sanitasi lahan
Sanitasi lahan yaitu membersihkan lingkungan pertanaman yang terserang sundep/beluk dengan intensitas sedang sampai berat.
Cara ini dilakukan dengan memotong sisa-sisa tanaman hingga pangkal batang dan membakarnya sehingga pupa yang bersemayam di pangkal batang bisa mati terbakar.


2. Pengendalian Fisik/Mekanik
Teknik pengendalian ini cukup efektif untuk mencegah serangan penggerek batang padi.
Pengendalian fisik/mekanik dilakukan oleh petani secara langsung maupun dengan alat (perangkap).
Tindakan pengendalian ini dilakukan dengan memungut kelompok telur di persemaian.
Cara ini efektif untuk mencegah sundep pada tanaman yang baru pindah (transplanting).


3. Pengendalian Biologi
Pengendalian secara biologi dengan menggunakan musuh alaminya, baik predator, parasitoid maupun virus/jamur patogenik.
Contoh predator yang memakan kelompok telur adalah jangkrik, sedangkan yang memangsa ngengat penggerek adalah kelelawar dan laba-laba.
Bangsa tabuhan (Trichogramma sp.) juga merupakan musuh alami penggerek batang padi.
Serangga ini memarasit kelompok telur penggerek.
Musuh alami lain adalah virus dan jamur entomopatogenik, yaitu cendawan yang berkembang biak dengan tubuh serangga sebagai inangnya.
Metharrizium anisopliaeadalah salah satu contoh jamur yang menyerang larva penggerek batang padi.

Teknik pengendalian secara biologis banyak dikembangkan dalam pertanian organik karena mekanisme penekanan terhadap populasi serangga hama sangat kuat, tidak menimbulkan dampak negatif pada tanaman serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Saat ini, musuh-musuh alami serangga hama diperbanyak atau dikembangbiakkan secara khusus menjadi agensia hayati.


4. Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi atau dengan pestisida sebaiknya dilakukan bila populasi serangga hama atau intensitas serangan penggerek batang telah melebihi ambang pengendalian.
Pada tanaman padi dalam masa pertumbuhan (stadia vegetatif) penggunaan pestisida bila tingkat serangannya lebih dari 5%, sedangkan pada vase generatif jika intensitasnya 15% atau lebih.
Dengan pestisida, populasi serangga hama dapat ditekan dan turun secara cepat bahkan reaksinya bisa langsung dilihat (knockdown effect).

Friday, April 1, 2016

MACAM-MACAM NAMA PESTISIDA

MACAM-MACAM NAMA PESTISIDA

Pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam dengan berdasarkan fungsi dan asal katanya.
Penggolongan tersebut disajikan sebagai berikut :

AKARISIDA
Berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.
Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida.
Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.

ALGISIDA
Berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut.
Berfungsi untuk melawan alga.

AVISIDA
Berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.

BAKTERISIDA
Berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri.

FUNGISIDA
Berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur.
Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.

HERBISIDA
Berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun.
Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).

INSEKTISIDA
Berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh.
Berfungsi untuk membunuh serangga.

LARVISIDA
Berasal dari kata Yunani lar.
Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva.

MOLLUKSISIDA
Berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek.
Berfungsi untuk membunuh siput.

NEMATISIDA
Berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang.
Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).

OVISIDA
Berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur.

PEDUKULISIDA
Berasal dari kata latin pedis berarti kutu atau tuma.
Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

PISCISIDA
Berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan.
Berfungsi untuk membunuh ikan.

RODENTISIDA
Berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat.
Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.

PREDISIDA
Berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).

SILVISIDA
Berasal dari kata latin silva yang berarti hutan.
Berfungsi untuk membunuh pohon.

TERMISIDA
Berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun.
Berfungsi untuk membunuh rayap.


Berikut ini beberapa bahan kimia yang termasuk pestisida, namun namanya tidak menggunakan akhiran SIDA:

Atraktan
Zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap.

Kemosterilan
Zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang.

Defoliant
Zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.

Desiccant
Zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya.

Disinfektan
Zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme.

Zat Pengatur Tumbuh
Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman.

Repellent
Zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya.
Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk.

Sterilan Tanah
Zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma.

Pengawet Kayu
Biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).

Stiker
Zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan.

Surfaktan dan Agen Penyebar
Zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun.

Inhibitor
Zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.

Stimulan Tanaman
Zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah

PENGERTIAN PESTISIDA KIMIA

PESTISIDA KIMIA

Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur.
Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur.
Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.

1. Sifat pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda.
Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.

2. Tata Nama Pestisida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.

3. Cara Kerja Pestisida
- Pestisida Kontak,
Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.

- Pestisida Fumigan,
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.

- Pestisida Sistemik,
Berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan.
Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.

- Pestisida Lambung,
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.

copas from : BA. MZ. Fatah

cara membasmi hama kutu putih pada tanaman bawang merah

Berikut ada cara sederhana tetapi cukup manjur untuk membasmi hama kutu putih

Cukup dengan ramuan sederhana campuran air, sabun colek, minyak tanah, dan pestisida.
Caranya ?
Ambil sabun colek satu sendok makan lalu larutkan dalam kaleng susu bekas ukuran 900 gram.
Gunakan air bersih sebanyak setengah kaleng susu tersebut.
Tambahkan minyak tanah (kerosene) sebanyak seperempat dari kaleng tersebut.
Perbandingan air dan minyak tanah adalah 2:1
Tambahkan pestisida, kalau tidak punya bisa diganti dengan cairan pembunuh serangga atau nyamuk, cukup 2 sendok makan saja.
Campur dan aduk ramuan tadi hingga membentuk emulsi dan sabun tidak menggumpal dan berbusa lagi.
Hasil akhirnya kurang lebih seperti air sisa cucian beras.
Masukkan cairan kedalam botol sprayer plastik.
Selanjutnya, tinggal semprotkan ke tanaman yang diserang kutu putih.
Terutama bagian bawah daun dimana hama kutu putih berkumpul.
Jangan lupa, gulma sekitar tanaman harus disemprot juga agar menghindari serangan hama tersebut di kemudian hari.

PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABE

PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABE
Penyakit antraknosa cabai atau di beberapa daerah da juga yang menyebut pathek, krapak, busuk kering dan api-api, merupakat penyakit yang menyerang buah cabai yang disebabkan oleh cendawan Colletothricum capsici sydow dan Colletothricum  gloesosporioides.

Faktor yang menyebabkan serangan penyakit ini adalah kelembaban udara yang tinggi dengan suhu yang randah. Penyakit ini tidak hanya menyerang pada buah tanaman cabai tapi juga dapat menyerang batang dan daun.

Serangan pada batang akan mengakibatkan batang layu dan kering, sedang serangan di daun akan menimbulkan bercak-bercak berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun akan menguning dan rontok.

Serangan pada buah cabai akan menimbulkan bintik hitam, awalnya berukuran kecil lama-kelamaan akan menjadi besar. Cabai akan terlihat seperti terbakar biasanya petani menjuluki penyakit ini api-api atau cendawan api.

Cendawan ini menyerang tanaman sejak dini bahkan sejak masih dalam biji, dan yang lebih membahayakan lagi cendawan ini mampu bertahan hingga 9 bulan di dalam biji.

Langkah Pengendalian Antraknosa Cabai:

Gunakan benih cabai dengan varietas yang tahan terhadap antraknosa.
Pilih benih cabai yang berasal dari tanaman cabai yang sehat.
Jangan berlebihan menggunakan pupuk nitrogen karena justru akan membuat tanaman rentan terhadap penyakit
Lakukan penyemprotan sejak awal munculnya buah.
Perbanyak unsur kalsium dan kalium karena akan meperkeras kulit cabai sehingga bisa mencega antraknosa.
Buang cabai yang terinfeksi
Gunakan plastic mulsa di musim penghujan untuk mengurangi kelembaban dan mencegah penyebaran spora cendawan akibat aliran air
Jangan menanam dengan jarak yang terlalu rapat
Lakukan pemotongan ranting jika tanaman terlalu rimbun agar sirkulasi udara dan cahaya bisa lancar dan dapat mengenai tanaman.
Lakukan pengontrolan secara rutin
Semoga bermanfaat

Hama Walang Sangit

Walang sangit merupakan salah satu hama yang juga meresahkan peHewan
Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau.
Walang sangit ini berwarna hijau kemerah-merahan.
Walang sangit menghisap butir–butir padi yang masih cair.
Biji yang sudah dihisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
Kulit biji itu akan berwarna kehitam–hitaman.

Faktor–faktor yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut:
a. Sawah sangat dekat dengan perhutanan.
b. Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c. Penanaman tidak serentak

Pengendalian hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Menanam tanaman secara serentak.
b. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami berupa laba–laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
f. Melakukan pengendalian kimia atau alami, yaitu dengan menggunakan insektisida dan alami atau hayati.

Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karena hidupnya lebih lama.
Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji–biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.

Semoga bermanfaat