*Insektisida dan Jenisnya
*Cara Kerja Insektisida
Secara ringkas insektisida dapat didifinisikan semua bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama dari golongan serangga.
Ada banyak sekali jenis dan merek insektisida yang beredar di pasaran.
Untuk mempermudah mengenal insektisida, insektisida digolongkan menurut kriteria/batasan tertentu.
*Penggolongan Insektisida
Pembagian menurut cara kerjanya :
Insektisida kontakInsektisida racun perut
Insektisida racun pernafasan
Insektisida sistemik
Pembagian menurut asal bahan yang digunakan :
*Insektisida kimia sintetik
Insektisida yang banyak kita kenal seperti organofosfor, karbamat, piretroid sintetik.
*Insektisida Botani (berasal dari ekstrak tumbuhan)
Ekstrak sejenis bunga krisan (Chrisanthemum sp-Compositae/Asteraceae) (piretrin).
Dalam kemajuannya insektisida ini telah dibuat secara sintetik dan disebut sintetik piretroid (permetrin, sipermetrin , sihalotrin dll)
Ekstrak biji nimba (azadirahtin- Nimbo 0,6 AS)
Ekstrak akar tuba (rotenon- Biocin 2 AS)Insektisida dari mikroorganisme Beauveria bassiana (Bevaria P, Bassiria AS)
Bacillus thuringigiensis (Bactospeine WP, Thuricide HP, Turex WP).
Pembagian yang umum, yang banyak digunakan adalah berdasar batasan golongan kimia dan cara kerja yang khas yaitu :
Anorganik (tembaga arsenat, boraks, merkuri klorida)
Organochlorine (DDT, aldrin, dieldrin, endosulfan)
Organofosfor (organophosphorus)
Organophosphate (dicrotophos, monocrotophos, naled)
Organothiophosphate (phenthoate, dimethoate, omethoate, poksim, chlorpyrifos, diazinon, fenitrothion, profenofos, trichlorfon dll)
Phosphoramidate (fenamiphos, mephosfolan, phosfolan)
Phosphoramidothioate (acephat, isofenphos, methamidophos)
Phosphorodiamide (dimefox, mazidox)
Karbamat (carbamate) (carbaryl, bendiocarb)
Benzofuranyl methylcarbamate (carbofuran, carbosulfan, benfuracarb)
Dimethylcarbamate (dimetan, dimetilan, pirimicarb)
Oxime carbamate (methomyl, oxamyl, thiodicarb)
Phenyl methylcarbamate (fenobucarb, isoprocarb, propoxur)
Pyrethroid
Pyrethroid ester (allethrin, cyfluthrin, cyhalothrin, cypermethrin, deltamethrin, fenpropathrin, fenvalerate, fluvalinate, transfluthrin dll)
Pyrethroid ether (etofenprox, flufenprox)
IGR (insect growth regulator)
Chitin synthesis inhibitor (menghambat sintesis chitin (buprofezin, cyromazin, diflubenzuron, luvenuron)
Moulting hormones agonist (menghambat pembentukan kepompong) (halofenozide, tebufenozide, a-ecdysone).
Juvenile hormone mimic (mengganggu secara hormonal serangga tetap dalam fase larva (fenoxycarb, hydroprene, methoprene).
Dinitrophenol (dinex, dinoprop, DNOC)
Flourine (barium hexafluorosilicate, sodium hexafluorosilicate)
Formamidine (amitraz, chlordimeform)
Nereistoxin analog (cartap, bensultap, thiosultap)
Nicotinoid (imidacloprid, acetamiprid, thiametoxam)Pyrazol (fipronil)
*Insektisida Botani
Insektisida antibiotik (abamectin, ivermectin, spinosad)
Insektisida fumigant (chloropicrin, ethylene dibromide, phosphine) Dan lain-lain
Cara Kerja Insektisida :
Kita telah mengetahui bahwa insektisida adalah bahan racun yang mematikan serangga, tetapi bagaimana proses insektisida mematikan serangga masih tanda tanya.
Umumnya informasi tentang insektisda untuk pengguna (petani) adalah tentang efikasi, cara penggunaan dan keamanannya.
Proses bagaimana insektisida meracun dan mematikan serangga (mode of action) hanya disebut secara garis besar seperti racun kontak, racun perut, atau racun pernafasan.
Informasi demikian sudah cukup.
Untuk mengetahui proses mode of action suatu insektisida diperlukan penelitian yang banyak memerlukan tenaga, waktu, keahlian dan fasilitas yang memadai.
Oleh karena itu tidak semua insektisida yang beredar diketahui informasi mode of action nya secara detail, belum lagi senyawa-senyawa insektisida baru yang terus ditemukan.
Barangkali tidak semua penemu bahan aktif insektisida selalu mengadakan penelitian mode of action nya terhadap serangga.
Disamping itu untuk memahami mode of action suatu insektisida cukup sulit, karena diperlukan pengetahuan dasar lain terutama anatomi dan fisiologi serangga.
Oleh karena itu pula informasi suatu insektisida tidak selalu menyertakan informasi mode of action nya secara detail.
Informasi demikian hanya bermanfaat untuk kalangan tertentu.
Saat ini, dari hasil penelitian yang ada, paling tidak telah diketahui secara garis besar ada lima macam mode of action insektisida, yang telah diketahui :
1. Insektisida yang mempengaruhi sistem syaraf
Kebanyakan insektisida seperti organofosfor, karbamat dan piretroid sintetik dan lainnya bekerja dengan mengganggu sistem syaraf.
Untuk dapat lebih memahami cara kerja racun saraf berikut diuraikan sedikit tentang sistem saraf.
Sistem saraf adalah suatu organ yang digunakan untuk merespon rangsangan baik dari luar maupun dari dalamsehingga serangga dapat hidup dan berkembang.
Sistem saraf terdiri dari banyak sel saraf (neuron) yang saling berhubungan yang menyebar ke seluruh tubuh.
Secara tipikal bentuk neuron di salah satu ujungnya berupa semacam serabut yang disebut dendrit dan diujung lain memanjang dan ujungnya bercabang-cabang disebut akson.
Antar neuron berhubungan melalui aksonnya.
Titik dimana dua neuron berhubungan disebut sinap.
Ujung akson yang berhubungan neuron lainnya disebut presinap sedangkan bagian dari neuron yang berhubungan dengan presinap disebut postsinap.
Impul saraf berjalan dari satu neuron ke neuron berikutnya sepanjang akson melalui sinap.
Di daerah sinap impul saraf diteruskan oleh neurotransmitter yang banyak jenisnya.
Berjalannya impul saraf merupakan proses yang sangat kompleks.
Proses ini dipengaruhi oleh keseimbangan ion-ion K+, Na+, CA++, Cl-, berbagai macam protein, enzim, neurotransmitter, dan lain-lainnya yang saling mempengaruhi. Gangguan pada salah satu faktor mengakibatkan impul saraf tidak dapat berjalan secara normal.
Sehingga serangga tidak mampu merespon rangsangan.
Insektisida organofosfor dan karbamat mengikat enzim asetilkolinesterase yang berfungsi menghidrolisis asetilkolin.
Dalam keadaan normal asetilkolin berfungsi menghantar impul saraf, setelah itu segera mengalami hidrolisis dengan bantuan enzim asetilkolinesterase menjadi kolin dan asam asetat.
Dengan terikatnya enzim asetilkolinesterase terjadi penumpukan asetilkolin, akibatnya impul saraf akan terstimulasi secara terus menerus menerus menyebabkan gejala tremor/gemetar dan gerakan tidak terkendali.
Piretroid sintetik adalah sintetik kimia yang menyerupai piretrin. Mulanya, insektisida pyretrin diperoleh dari ekstrak bunga tanaman Chrysanthemum sp (Compositae), namun sekarang manusia telah mampu membuat sintetiknya.
Piretrin memiliki knockdown yang cepat namun tidak stabil, mudah mengalami degradasi.
Sebaliknya, sintetik piretroid memiliki sifat lebih stabil.
Sintetik piretroid juga bekerja mengganggu sistem syaraf dengan mengikat protein “voltage-gated sodium channel” yang mengatur denyut impul syaraf.
Efeknya sama seperti yang disebabkan oleh organofosfor dan karbamat, impul saraf akan mengalami stimulasi secara terus menerus dan mengakibatkan serangga menunjukkan gejala tremor/gemetar, gerakan tak terkendali.
Imidacloprid, insektisida golongan kloronikotinil juga insektisida yang bekerja mengganggu sistem saraf.
Didalam sistem saraf, imidacloprid memiliki sifat menyerupai fungsi asetilkolin.
Seperti telah diterangkan di atas bahwa setelah asetilkolin meneruskan impul saraf pada reseptor akan segera terhidrolisa.
Imidacloprid akan menempati reseptor asetilkolin dan tetap terikat pada reseptor.
Efek selanjutnya mirip dengan organofosfor atau karbamat.
Avermektin, demikian juga abamektin juga bekerja sebagai racun saraf.
Avermektin adalah insektisida antibiotik yang berasal dari suatu jamur, secara kimia digolongkan dalam makrolakton.
Avermektin mengikat suatu protein dalam sel saraf yang yaitu gamma amino butyric acid (GABA)-gated chloride channel.
Protein ini berfungsi mengatur impul saraf.
Avermektin menghambat fungsi protein ini, akibatnya saraf akan mengalami overeksitasi.
Gejala yang ditunjukkan tremor dan gerakan tak terkendali.
Demikian juga fipronil, insektisida dari golongan phenylpyrazole menunjukkan efek yang mirip menghambat fungsi GABA-gated chloride channel.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar insektisida walaupun memiliki struktur kimia yang berbeda, namun efeknya sama mengganggu sistem saraf jasad sasaran.
2. Insektisida yang menghambat produksi energi.
Dibandingkan dengan insetisida yang bekerja mengganggu racun saraf, insektisida golongan ini dapat dikatakan sangat sedikit.
Namun demikian tidak menutup kemungkinan akan berkembang pada masa datang.
Insektisida jenis ini yang telah beredar di Indonesia adalah dengan merek dagang Amdro.
Mekanisme kerja insektisida ini mengganggu proses respirasi, suatu proses yang menghasilkan energi untuk proses metabolisme.
Respirasi adalah suatu proses pemecahan gula atau senyawa lain yang menghasilkan energi.
Energi ini digunakan untuk proses pertumbuhan. Proses respirasi adalah proses yang kompleks, yang melibatkan banyak reaksi yang memerlukan enzim.
Gangguan-gangguan dalam setiap tahap reaksi ini akan menggaggu perolehan energi yang diperlukan yang akhirnya menghambat pertumbuhan dan jasad akan mati di atas kakinya sendiri karena kehabisan tenaga untuk tumbuh dan berkembang.
3. Insektisida yang mempengaruhi pertumbuhan serangga hama (IGR - Insect Growth Regulator)
Insektisida ini dibagi menjadi dua yaitu yang mempengaruhi sistem endokrin dan yang menghambat sintesis kitin.
Pertumbuhan serangga pada fase muda (larva), dikendalikan oleh hormon juvenile (juvenile hormon) yang diproduksi di otak.
Hormon juvenil mengatur kapan fase larva berakhir kemudian dilanjutkan dengan molting kemudian menjadi dewasa.
Insektisida berbahan aktin hydroprene, methoprene, pyriproxypen dan fenoxycarb bekerja menyerupai hormon juvenil, menyebabkan larva terganggu pertumbuhannya, tetap dalam fase muda, tidak dapat bekepompong dan akhirnya mati.
Insektisida yang menghambat pembentukan kitin adalah dari golongan benzoylurea seperti lufenuron (Program), diflubenzuron (Dimilin), teflubenzuron (Nomolt) dan hexaflumuron (Sentricon).
Kitin adalah komponen utama eksoskeleton serangga.
Terganggunya proses pembentukan kitin larva tidak dapat melanjutkan pertumbuhannya secara normal dan akhirnya mati.
4. Insektisida yang mempengaruhi keseimbangan air tubuh.
Tubuh serangga dilapisi oleh zat lilin/minyak untuk mencegah hilangnya air dari tubuhnya.
Diatom, silica aerogels dan asam borat adalah bahan yang dapat menyerap lilin/lemak, sehingga lapisan lilin akan hilang, serangga akan banyak kehilangan air dan mengalami desikasi dan akhirnya mati.
5. Insektisida yang merusak jaringan pencernaan serangga
Insektisida golongan ini adalah yang berbahan aktif mikroorganisme Baccilus thuringiensis (Bti).
Bti membentuk endotoksin yang bila masuk ke dalam pencernaan serangga (larva dari golongan lepidoptera) yang bersifat asam akan terlarut dan merusak sel-sel jaringan pencernaan dan menyebabkan kematian.
No comments:
Post a Comment
Untuk Informasi lebih lanjut hubungi :
WA/LINE/TELEGRAM = 085645453971